Jogja-Padang-Solok PP


Hai Bundas....
Nggak kerasa udah hari ke 16 puasa ya...Gmana hari ini puasanya? Alhamdulillah saya sampe hari in gak ada yang bolong *bangga tingkat dewa. Pasti udah mulai siap siap untuk mudik ya? Saya tahun ini mudiknya deket, cuma sekitar 5 kilo aja dari rumah. Kalau tahun lalu kita mudiknya sampe harus naik pesawat hihihi

Sekedar Share aja mudik tahun lalu yaa...Seneng banget karena mudik tahun lalu kami mengunjungi nenek Shoji di Solok, Sumatra Barat. Lumayan looh persiapannya, karena Shoji baru 6 bulan dan  baru mulai MPASI.

mengingat disana banyak sekali acara meliputi: 
- Lebaran
-Akad Nikah Irma (adiknya ayahnya Shoji)
-Baralek kampuang
-Aqiqah Shoji
-Mananti Bako
-Maanta Bubue
-Baralek Gadang

jadi kami bener bener musti prepare banyak hal. Ini list barang yang kami bawa saat mudik ke Padang tahun lalu (ternyata masih ada *saya orang yang cukup well-prepared ternyata hehhehe

Berikut barang bawaan kami
Shoji:
-kain gendong praktis + babywrap
- baju baju tidur +celana + clodi
- baju koko dan baju pantas pakai untuk launching (hihihi...maklum cucu pertama yang baru pertama kali pulang kampung)
- kaos kaki, sepatu, jacket (mengingat di Solok hawanya dingiiin)
- botol tommee tippee & mankok ASI kecil
- perkap MPASI
- mainan playgym, bebek, mr. bunny
- perlak kecil
- totseat
-bath set

Bunda: 
- Baju untuk di rumah plus undies
- baju pergi, baju acara
- sandal (flat dan high heels)
- alat make up
- handuk + perkap mandi
- mukena dan sajadah
- kaos kaki, syal
- CD Shoji

Ayah:
- Baju koko 2
- Baju batik
- Celana (kain dan jeans)
- kemeja, kaos, celana pendek
- Perlengkapan shaving
- hard disc external

Umum: 
- Kamera + charger
- Charger HP ayah, bunda, smartphone
Jadi...perjalanan kami dimulai dari Klaten, menuju Jogja menggunakan kereta Api Prameks dan ayah Shoji menggunakan motor sambil membawa bejibun barang bawaan hihiihi... menyeramkan *sayang sekali nggak ada fotonya untuk yang ini.
Sekitar 2 hari kami stay di rumah Uti dan kakung Shoji lalu dilanjut menuju bandara Adisutjipto.

di Bandara
Perjalanan Jogja-Padang pake pesawat tuh kira kira abis 2,5 jam, karena pake transit dulu di Jakarta. Jadi rutenya Jogja-Jakarta, Jakarta-Padang. Huwaaahhh...tantangan tersendiri tuh membuat Shoji tenang selama take off dan landing, karena suara kan bising banget, jadi musti pinter pinter ngerayu dia, mengeluarkan segala cara untuk membuat Shoji tetep nyaman. Salah satunya adalah teether. Karena Shoji terlalu sopan dan tidak suka nenen di depan umum, yg saya bawa masuk ke pesawat adalah Botol isi ASIP, puree pepaya, air putih dalam sippy cup, mainan pencet Shoji dan teether. Awalnya saya mau bawa earmuff, tapi saya pikir lebih efektif Shoji membuka mulutnya untuk mengunyah teether atau menangis sekalian saat take off dan landing.

Dilanjut perjalanan dari Padang ke Solok dengan menggunakan mobil. Whuaaa...pas puasa lagi yaa... jalanan cukup macet saat itu, jadi kami baru tiba di Solok pas saat Maghrib, padahal berangkat dr Jogja sekitar jam 9.00 hedeehhh pantat ampe panas deeehhh. Tap semua terbayar saat melihat wajah wajah yang menanti kami di rumah...

Alhamdulillah puasa saya lancar sampai buka selama perjalanan. menikmati bulan ramadhan di Ranah Minang memang istimewa :) senang sekali rasanya berkumpul dengan keluarga di Solok karena bertemu dengan mereka juga jaraaang :(. Tapi akhirnya merayakan lebaran di Padang jadi sesuatu yang sangat istimewa buat saya, Ayah Shoji dan Shoji tentunya. Ini juga kali pertama Shoji bertemu dengan keluarga di Solok.

Gak beda dengan di Jogja, di Solok juga kita Sholat Idul Fitri di Lapangan besar, rameee...sekali hihihi, Selama Sholat, Shoji sama aunty Irma, kebetulan sedang tidak sholat dan Shoji tertidur dengan pulasnya di gendongan aunty Irma.

Sambil menunggu ayah, Bunda sempetin berfoto dengan Shoji yang pake baju koko hihihi...ganteng bangeeet deh anak bunda pake putih putihh...
Oh ya, di Solok gak ada tradisi sungkeman seperti yang biasa saya lakukan di Jogja. Tapi bersilaturahmi dengan datang ke rumah tetangga dan saudara yang lebih tua itu pasti. Hebatnya lagi, tradisi silaturahmi di Solok ini setiap ada tamu yang berkunjung, yang empunya rumah berkewajban menemani makan. Iya lho bumdas...saya sampai kekenyangan, begitu kata Uda cara orang minang menghormati tamu. Begitu juga saat bertamu. Kita harus menghormati tuan rumah dengan "makan". Hidangan yang disediakan...hummm...jangan tanya. Semua favorit saya. Meski saya orang Jogja asli, tapi kayanya lidah saya lidah orang minang hihihi pertanda jodoh mungkin.



Hal baru lagi buat saya adalah melihat proses membuat lemang. Iyaaaa... nasi lemang yang biasa saya ihat di serial upin ipin hihihi...ternyata prosesnya cukup panjang lhoo.. mulai dengan menyiapkan areal lahan untuk panggang lemang, membersihkan tabung bambu, menyiapkan daun pisang untuk bungkusnya, beras ketan juga....asiikkk sekali :)

Pagi pagi lemang dipanggang
Naahh... setelah memanggang lemang, para tetangga yang ikut membantu memanggang lemang melanjutkan memasak banyaaak sekali makanan. Tape, telur bersambal, dan hidangan yang akan digunakan untuk acara akad nikah aunty Irma nantinya. Mereka bekerjasama memasak hingga malam hari hihihi, kata Uda namanya malam bainai, meski gak ada inainya hehehe...

Kalau di Jogja mungkin seperti malem midodareni kali yaa... Jadi saat malam bainai ini semua tetangga berkumpul dan memasuki kamar pengantin lalu memberi komentar (ini kata Uda lhooo) Hidangan untuk para tetangga dijajar seperti makan perhelatan besar dengan cara lesehan.

Sebelum paginya dipakai untuk acara "Mananti Bako" atau acara setelah akad menunggu datangnya keluarga dari pihak Ayah pengantin perempuan, kami sempat membajak pelaminan. hihihi... maklum saja, saya sudah dari jaman masih sekolah dasar memimpikan bisa duduk di pelaminan minang, pertanda jodoh lagi...

Akhirnyaaaahh..inilah saat paling sakral yang ditunggu tunggu dua keluarga besar. Akad nikah selalu menjadi momen paling mengharukan buat saya. Tidak hanya saat pernikahan saya sendiri, tapi juga saat pernikahan sahabat sahabat dekat yang saya hadiri, hampir bisa dipastikan banjir air mata hihihi.. saya orangnya memang gampang mewek tersentuh oleh hal hal melankolis romantis yang bikin nangis nangis *tepokjidat.
Karena ayah mertua saya sudah meninggal, maka Uda didaulat untuk menjadi wali nikah aunty Irma, adiknya, dan tiba tiba pikiran saya melayang ke masa dimana Uda menjadi wali nikah anak perempuan saya kelak *aiishhh...khayalan tingkat tinggi wkwkkwkw

Setelah selesai akad, tiba saatnya upacara mananti bako seperti yang saya sebut tadi. Jadi Marapulai jo anak daro (penganten minang) dipajang di pelaminan sambil diberi petuah petuah, sementara itu, keluarga dari pihak ayah mempelai wanita datang membawa kado. Merak biasanya dijamu dengan hidangan nasi lemang, tapai manih, dan minum sirup. Hebatnya, mereka membawa bokor yang ditaruh diatas kepala looh, mereka juga mengenakan tikuluek (kerudung khas minang) yang berminat membeli tikuluek bisa menghubungi saya yaaa hehehe...*iklaaaannn :)

Naahhh...ini adalah foto adik saya Irma (pakai baju merah), dan saya yang lagi didandani (pakai baju hijau). Karena kemarin belum ada ngunduh mantu di Jogja, nikahan kami adat Jawa by the way... So, sekalian ngunduh mantu bareng dengan baralek kampuang adik saya *nebeng ya Irmaaa....irma kan baiiikkk, ciihh merayuuu merayuuu tapi semoga orang orang gak curiga yah, pengantennya udah bawa anak hihihii....langsung ambil dokumen, tunjukin surat nikah.


Foto saya, Uda dan Shoji dalam pakaian adat minang hehehe...gimana? saya pantes nggak jadi penganten minang?


Upacara berikutnya adalah maanta bubue 8ganti kostum lageee hihihi, pas upacara ini, keluarga mempelai perempuan membawa kue cake, lemang, dodol padang (ada sih namanya tapi saya lupa *plakkk) dan banyaaak sekali hidangan lain, dibawa dalam iring iringan diletakkan diatas kepala. sesampai di rumah marapulai, biasanya ada berbalas pantun sebelum rombongan masuk ke dalam rumah untuk dijamu.


Baralek Gadang adalah upacara perhelatan atau resepsi perikahan besar yang diselenggarakan oleh mempelai untuk relasi yang lebih luas. Kami datang sebagai tamu saja, meski keluarga penganten, tapi tidak ada "seragam" khusus seperti seraga panitia kalau pernikahan adat Jawa. Saat baralek Gadang ini juga disuguhkan tari tarian adat menyambut tamu dan hidangan secara modern. Meskipun kesannya standing party, namun tempat duduk yg disediakan banyaaak sekali, jadi semua tamu undangan bisa makan sambil duduk dan menggunakan meja. 

Oke...untuk liputan resepsi pernikahan Irma sampai segini dulu dehhh...postingan berikutnya tentang liburan kami ke Bukittinggi...Ditunggu yaaa... seru banget hihihi...

Love
/Aya

No comments