Napak Tilas Sejarah Budaya, 100 tahun The Phoenix Hotel Yogyakarta


Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna...
(Yogyakarta - KLA Project)

Kutipan lagu Yogyakarta dari KLA Project ini adalah salah satu timeless song favorit saya. Selain karena bercerita tentang kota kelahiran saya, pun di dalamnya, KLA berhasil menggambarkan nyawa kota Jogja dengan apik dan cantik.

Jogja identik dengan kota kecil yang nyaman, merangkul berbagai atribut penduduknya yang memang beragam. Yogyakarta bak Indonesia kecil yang tetep konsisten menjaga dan melestarikan ragam budaya yang memang tak pernah lekang dimakan waktu. Yogyakarta sendiri pada tahun 1946 pernah menjadi ibukota negara. Ini juga menambah nilai Jogja sebagai kota istimewa pastinya. Menurut Bung Karno, pilihan ini jatuh ke Yogyakarta karena saat itu Yogya merupakan daerah yang paling siap dari sisi politik, ekonomi hingga keamanan. 

Bicara tentang Jogja, juga tak luput dari keberadaan tugu Jogja yang sangat iconic. Seakan semua mata wisatawan maupun warga Jogja sendiri tak pernah lepas dari monumen bersejarah ini. Seperti juga tugu Jogja, ternyata disampingnya berdiri sebuah bangunan yang saat ini memasuki usia 100 tahun. Adakah yang bisa menebak bangunan apa yang saya maksud?



The Phoenix Hotel Yogyakarta

Kalau ada yang menebak Grand Mercure Hotel atau sekarang dikenal dengan The Phoenix Hotel, yup kalian benar. Tak jauh dari tugu Jogja, sejauh pandangan mata, kita akan menemukan bangunan hotel megah di sebelah Utara jalan menuju jembatan Gondolayu. Bangunan ini berdiri sejak 1918 yang merupakan kediaman saudagar dari Semarang bernama bapak Kwik Djoen Eng. Rumah tinggal beliau adalah bangunan asli hotel yang saat ini digunakan sebagai bagian halaman depan, lobby dan koridor Cendrawasih Meeting Room.

Memasuki lobby, arsitektur khas kolonial sangat terasa. Dengan atap tinggi dan lantai kuno, serta bentuk jendela kayu bersusun menambah kesan megah ala ala Eropa jaman pertengahan.

Perayaan Centennial Jubilee

Saya sendiri datang memenuhi undangan dari The Phoenix Hotel, Influencers and bloggers Rendezvous, bertajuk "Story of Greatness" Kisah tentang sebuah keagungan.

The Phoenix Hotel, dalam perjalanannya, ternyata menyimpan berbagai kisah unik dan menarik yang akhirnya bisa kami nikmati ketika acara Hotel Tour. Tidak hanya mengenai kekuatan memorial dalam usia bangunannya, tapi juga banyak kejadian kejadian penting yang mengiringi tonggak sejarah bangsa Indonesia.

Pool side The Phoenix Hotel

Ketika kami diajak berkeliling, kami dibuat terkesima dengan setiap sudut hotel yang memiliki cerita tersendiri. Dari Personal Manager The Phoenix Hotel, Bapak Miftahul Rozy, "Kekuatan budaya terletak pada warisan sejarah bangsa." Hal ini menguatkan brand The Phoenix sebagai salah satu hotel bintang lima yang menjaga nilai arsitektur budaya Eropa dan Asia yang turut menjadi saksi sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, terutama Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunan lama yang dipadukan dengan modernitas dengan tetap mengusung nilai nilai tradisional. "Oleh karena itu, sejarah ini perlu untuk diketahui dan diceritakan kepada khalayak luas", lanjutnya.

Koridor penuh dengan interior kuno

Tak heran, di acara Phoenix 100 Centennial Jubilee yang diadakan di hari Minggu, 22 Juli 2018 kemarin, kerjasama dengan Dinas Pariwisata serta Paguyuban Dimas Diajeng Jogja dipenuhi dengan suguhan tari dan budaya tradisional. Dibuka dengan Tari Golek Ayun Ayun oleh Paguyuban Gendhis Paranti, dilanjutkan dengan Pakeliran Wayang Kulit dengan judul Wahyu Cakraningrat yang menceritakan tentang Abimanyu yang sedang mencari Wahyu oleh salah satu Diajeng Jogja Rizki Rahma Nur Wahyuni. Sebelum acara selesai, ditutup dengan Tari Klana Alus Sumyar. Ditarikan oleh Dimas Jogja Andika Bagas Rahmanto yang menceritakan tentang Dewi Arimbi yang menyamar jadi penari.

Pakeliran Wayang Kulit Wahyu Cakraningrat

Tari Golek Ayun Ayun

Tari Klana Alus Sumyar

Selama Hotel Tour, banyak sekali spot yang mengunadang decak kagum kami para blogger dan influencer. Tidak hanya karena lokasinya sangat cakep untuk difoto, berfoto dan dinikmati, tapi juga karena cerita sejarahnya yang membuat kami terkesima.

Sejarah The Phoenix Hotel

Seperti yang tadi saya sampaikan di atas tulisan, bahwa awalnya The Phoenix Hotel merupakan rumah singgah. Setelah berpindah tangan kepada bapak Liem Djoen Hwat, berubah menjadi hotel dengan nama "The Splendid". Tahun 1942 selama kependudukan Jepang, berubah lagi menjadi Yamato Hotel yang empat tahun kemudian digunakan sebagai tempat tinggal konsulat dari China. Pada tahun 1951 bangunan ini diambil alih oleh Natour dan berubah menjadi Hotel Merdeka. Ini adalah tempat tinggal resmi bagi Bapak Presiden pertama Indonesia, Soekarno dan Bapak Wakil Presiden M.Hatta. Di tahun 1988 bangunan ini dipugar dan ditambahkan bangunan baru di bagian timur dan utara oleh bapak Sulaeman, cucu Bapak Liem Djoen Hwatt.

Aneka lemari berisi berbagai barang kuno

Mulai tahun 1993 bangunan ini kembali difungsikan sebagai hotel dengan Nama " Phoenix Heritage Hotel" dan memiliki 66 kamar. Berubah nama menjadi "Hotel Phoenix Yogyakarta" di tahun 1996, sekaligus dideklarasikan sebagai bangunan cagar budaya dan menjadi contoh terbaik sebagai The 19th Century Indische Architecture. Dengan perpaduan artistik Eropa dan Asia dan elemen Jawa yang sangat indah. Hotel ini juga mendapat penghargaan dari Yogyakarta Heritage Society karena konsistensinya dalam menjaga bangunan dengan arsitektur kuno.


Kandang Gajah The Phoenix Hotel. Credit: @imasatrianto

Salah satu yang menjadi perhatian saya adalah adanya lorong yang disebut sebagai kandang gajah. Ternyata karena bangunan ini merupakan replika kandang gajah Keraton Yogyakarta. Bangunannya sengaja dibuat atap menjulang tinggi sehingga dari atas mirip dengan kandang Gajah di Alun Alun Selatan. Di dalamnya dilengkapi dengan dua patung prajurit, Di area bagian dalam terdapat interior guci Cina klasik berjumlah 3 buah, ternyata salah satu guci pecah ketika gempa Jogja 2006 yang lalu. Sengaja tidak diberi ganti supaya 4 buah untuk mengingat tragedi Gempa Jogja.

Taman dengan suasana Eropa

Keistimewaan lain adalah saat kami diberitahu bahwa salah satu bagian hotel di bagian atas merupakan ruang kerja Ir. Soekarno ketika masa ibukota Indonesia pindah ke Jogja. Beliau juga sempat menanam satu pohon yaitu pohon tanjung yang saat ini masih tegak berdiri menghiasi area taman dengan interior fountain. Air mancur dengan desain ini tidak kita temui di hotel hotel lain. Berasa seperti sedang melihat suasana kota di Eropa karena kebetulan pengunjung hotelnya sebagian besar wisatawan mancanegara. Falsafah dibalik pohon tanjung adalah akarnya yang akan terus tumbuh ke bawah dan semakin kuat. Seperti juga tiga kebudayaan China, Eropa dan Jawa yang diharapkan tetap kuat melekat di hotel ini.

Loro Blonyo The Phoenix Hotel

Adanya Roro Blonyo di sudut sudut tertentu membuat aura Jawa klasik makin kental. Begitu serasi berpadu dengan lemari lemari kaca yang berisi guci dan aneka lukisan yang dibawa sang empunya hotel, Ibu Imelda Sindoro Hosea langsung dari negara negara tempat beliau bersinggah. Loro Blonyo ini melambangkan pengantin dengan pakaian adat Jawa yang dipercaya membawa kesejahteraan, kesuburan, kemakmuran yang ingin disampaikan juga pada tamu tamu yang kebanyakan memang sedang menginap dalam rangka honeymoon.

Salah satu sudut kamar deluxe
Interior kamar yang modern. Credit: @dian.ismyama

Sebanyak 143 kamar (deluxe room dan termasuk 10 executive room) masing masing memiliki balkon yang menghadap jalan, kolam renang dan area hotel. Interior kamar sama sekali tidak kuno, meski nuansa etnik tetap dihadirkan dengan tirai yang terbuat dari kain batik khusus yang dipatenkan sebagai batik milik The Phoenix Hotel.

Balcony view. Credit: @imasatrianto

Nuansa dari tiap balkon mampu memberikan kesan modern, sementara koridor sepanjang jalan menuju kamar biasanya terdapat ukiran tradisional sebagai penyeimbang. Dilengkapi 8 ruang pertemuan, satu ballroom kapasitas 600 orang, The Phoenix Hotel juga menyediakan fasilitas untuk paket pernikahan berupa spa couple. Dengan perawatan tradisional menggunakan rempah Jawa, khasiat aromaterapi dan pijatan akan mampu membuat tubuh makin rileks. Dilengkapi juga dengan fitness center, butik, dan cake shop akan membuat pengunjung segar jiwa raga.

Spa burner
Aneka rempah berkhasiat
Wewangian aromaterapi

Masih penasaran dengan hotel penuh sejarah ini? Langsung yuk kepoin

The Phoenix Yogyakarta
MGallery by Sofitel
Jl Jendral Sudirman No 9
Yogyakarta Indonesia
Booking +62(0)274566617
Email: info@thephoenixyogya.com
Website: Thephoenixyogya.com



No comments