Piknik ke luar kota, Yay or Nay?


Hai Bundas,
Di awal Oktober ini saya mau nerusin cerita soal perjalanan piknik Jogja dalam sehari yang udah saya lakukan dalam waktu (ouuuch) hampir 12 bulan yang lalu. Sebenernya ini hampir kaya trilogi gitu loooh niatnya, tapi apa daya postingan ini nyempil jauh banget sama yang sebelum sebelumnya



Well, pas banget nih #KEBloggingCollab kali ini mengambil tema travelling. Mau ke luar kota atau di dalam kota ya? Apa pula pertimbangan kita memilih piknik kesana.


Menjawab blogpost mak Awie yang diatas tadi, rasa rasanya saya akan menuliskan curcolan blogpost saya tentang pendapat saya mengenai travelling.

Berkecimpung di dunia kepenulisan (baca: temenan sama travel blogger. Temenan lho....catet!), saya sering banget ngeliat timeline temen temen saya plesiran kemana mana. Mulai dari yang ke HAU Citumang, sampe pulau Dewata Bali! Itu semua GRATIS alias gak bayar akomodasi apapun. Tinggal angkat koper doang, semua udah diurus.



Enak? Keliatannya sih enak ya, tapi ya emang enak....gimana sih hahaha....
Buat yang jiwanya petualang, tentu bepergian mencicip udara di belahan bumi yang lain (baca: meskipun cuma naik omprengan sampe sana) tentulah sesuatu yang menenangkan jiwa. Etapi kalau dibilang emak emak kurang piknik itu jadi baperan, terindikasi suka berhalusinasi, pandangan kosong, mata berkunang-kunang, sering keluar keringat dingin dan gampang laper, itu juga bener bangeeettt #curcol1.


Ketika suami melihat saya sudah seperti ciri ciri yang saya sebutkan di atas tadi, maka sepertinya dengan terpaksa sukarela dia akan menanyakan apa saya mau diajak main atau makan. Karena sejatinya dua hal diatas sudah bisa bikin saya bahagia (selain kalau amazara ada sale siiih)

Anyway,
Saya lanjut mau cerita trilogi terakhir dari perjalanan saya dan anak anak mencari kitab suci ke Utara. Setelah puas nontonin pesawat (yang disukai banget sama Rey) lalu berlanjut nonton kelinci dan kambing (yang disukai banget sama Shoji) yang terakhir kami nyantol di Taman Pelangi (Taman Lampion Museum Jogja Kembali). Ngomong-ngomong soal Jogja kembali, emang doi abis darimana sih? #jayuz #abaikan.

Kemarin kami sempat jalan jalan ke Taman Pelangi di pelataran Museum Jogja Kembali. Disini kita dapet 2 wisata sekaligus. Sore jam 3 an masih bisa masuk ke wisata sejarah (lihat museum peralatan peninggalan perang kemerdekaan) dan sekaligus hiburan. Kalau mau menikmati Taman Lampion sebaiknya memang pas malam hari. Lampionnya cakep warna warni.

Kemarin pas banget ketika sore kami datang kesana. Sempet masuk ke museum (meski nggak lama) tapi keluar dari museum, ketika mulai sore, lampionnya mulai nyala.

Yes-nya Taman Pelangi:
Areanya luas, anak anak bisa main kejar kejaran dan menghabiskan energi tapi tetap bisa diawasi
Di museumnya bisa belajar sejarah Indonesia
Masjidnya mudah diakses begitu juga kamar mandi (kemarin pas saya kesana masjidnya lagi renovasi, in Sha Allah sekarang lebih cakep)
Buat tempat foto hasilnya bisa cakep banget
Banyak orang jualan makanan, in Sha Allah gak kelaperan kalau kelupaan atau kehabisan perbekalan

Yang perlu ditingkatkan untuk pengelola Taman Pelangi:
Tangganya dikasih space untuk naik turun Stroller dan kursi roda dong hehehe...kemarin pas masuk dan keluarnya strollernya harus diangkat. Kalau kursi roda kan kasian yang gendong pemakai kursi rodanya. Biar penyandang disabilitas juga bisa ikut menikmati pemandangan kece taman lampion yaaaa...

Kenapa piknik di dalam kota?
Buat saya ibu dari 3 orang anak yang lagi aktif aktifnya, tentulah tantangannya adalah menjaga anak nyaman selama perjalanan. Jadi untuk yang tipe tipe sama kaya saya, mungkin alasan alasan ini bisa jadi pertimbangan

Jarak dekat bikin anak gak gampang capek di jalan
Ini kita ngomongin piknik dengan jalan darat sih. Kalau piknik pake pesawat ke Singapura juga jatuhnya bentar doang hehehe. Tapi kalau memang budget piknik gak banyak tapi mau sering sering, bisa dipertimbangkan piknik dengan kendaraan pribadi aja. Gak seru aja kalau di jalan anak anak yang (luarbiasa) aktif udah kehabisan tenaga. Sampe tempatnya mereka malah gak enjoy. Sayang banget yaaah.

➤Jarak dekat mengantisipasi anak tidak bosan di jalan.
Buat anak anak saya yang moody, yang hoby lari larian kayanya kalau diminta duduk tenang agak lama di kendaraan udah tepok jidat aja deh. Perjalanan ke Semarang kapan lalu (niatnya buat berobat  adiknya). Sepanjang perjalanan alhasil kita harus sabar dengan pertanyaan "Masih jauh nggak?" atau versi lain, "kapan sampainya sih?" belum lagi mood Aisha yang naik turunnya tidak bisa dipastikan.

➤Jarak dekat lumayan ngirit budget.
Kalau memang banyak tempat wisata di dalam kota yang belum dijamah, coba dulu yang dekat dekat, sesuaikan dengan kondisi bugdet kita. Kalau efek piknik ke dalam kota cukup menenangkan hati ( dan menenangkan bagi kantong) sesekali anggaran piknik bisa ditambah lagi.

➤Persiapan perlengkapan gak terlalu banyak.
Pergi sama anak 3 (6, 4, dan 2 tahun) tentu saja peralatan yang harus dibawa amat sangat beragam. Terutama untuk Aisha yang istimewa. Makan harus pakai spuit, obat obatan gak boleh kelupaan, stock baju, pampers, bawa stroller (karena kalau gendong Aisha sambil jalan jalan mayan bikin encok).

➤Pilih yang stroller-friendly
Kalau saya mau piknik dalam waktu dekat ini, saya pasti pilih yang Stroller friendly. Untuk wisata alam jalan berbatu saya skip dulu deh. Karena saat ini kondisinya kemana mana harus gendong Aisha, mosok iya gak diajak sih, kan kesian. Ntar dia sendiri yang kurang piknik hehehe. Saya juga kalau gendong gendong pasti cuapek pol ya karena bakalan selama jalan jalan saya akan gendong bayik besar. Malah enggak refresh jadinya malah tepar kecapean hehehe. Wisata di sekitaran Jogja aja saya belum khatam nih, jadi pengen muterin Jogja dulu sementara ini.

Kalau ngomongin soal piknik impian di luar negri saya pengen ke Jepang. Terpesona sama budaya bersihnya dan pengen banget bisa ajak anak anak untuk belajar tentang mindset orang orang di Jepang mengenai konsep "ramah lingkungan". Nah kalau piknik ke luar pulau, destinasi wisata yang paling pengen saya datengin ya ke Padang dan wisata Sumatera Barat. Kemarin kemarin udah nyicil ke istana Pagaruyung, Danau Kembar, Ngarai Sianok, tapi masih banyak yang belum dikunjungi.


Kenapa Sumatera Barat? Karena cita cita dari dulu dan karena sekalian pulang kampung (kampung suami sih, tapi boleh dong sekarang diaku-aku jadi kampung saya juga, aseeek). Jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui yekan #KonsepNgirit.

Kalau Bundas, apa sih pertimbangannya kalau mau piknik keluarga? Sharing sharing yaaaa...

/Aya

10 comments

  1. Aku pernah ke Taman Pelangi, seru naik becaknya, haha. Selebihnya lampion2 aja. Kapan2 kalo ada rejeki mau ke sini lagi.

    ReplyDelete
  2. Hidup #konsepngirit! :D sammaa,, impian ke LN ku juga pengen ke Jepangg.. Semoga bisa terwujud ya.. AAMIIN

    ReplyDelete
  3. Taman Pelangi persis di sebelah tokoku ni, mampir ya Aya kl ke sini..

    ReplyDelete
  4. Ini pas buat aku, yang " belum kemana-mana" sejak tinggal di yogya. Pengennya minimal ya bisa wisata semua candi yang ada di yogya.

    ReplyDelete
  5. BENERRR. Setuju banget untuk poin yang perlu ditingkatkan. Aku juga agak kesulitan bawa wheel chair di sana. Huhu.

    ReplyDelete
  6. sama, pengin ke jepang! aminin aj bareng2 yak! hahaha

    ReplyDelete
  7. Piknik di dalam kota emang jauh lebih ngirit ya mbak, dan ga terlalu rempong kalo bawa anak.. ^^

    ReplyDelete
  8. wkkka itu yg Citumang aku bukan? anyway kalo bawa anak tiga duh ga kebayang. kemarin bawa dua anak aja pusing euy, pada berantem, dan emang capek banget klao kluar kota. sip masukan taman pelangi nya oke

    ReplyDelete
  9. Piknik dalam kota bersama anak-anak memang jauh lebih meyenangkan ya Mak, apalagi kalau anak-anak lagi aktif-aktifnya haduh kebayang seperti apa kerempongannya. Tempat liburan yang stroller friendly kayaknya perlu disuarakan ke pemerintah. Banyak sekali tempat umum yang masih nggak stroller friendly, apalagi tempat liburan :(.
    Mak Aya enak sekali tinggal di Jogja, kota istimewa penuh senyum keramahan, bikin betah lah pokoknya.

    ReplyDelete
  10. Saya tim piknik dalam kota, mak. Alasannya nggak seberapa capek dan lebih irit. Soal kebahagiaan di tempat wisata itu relatif kok. Yang penting kan liburannya bareng keluarga ^^

    ReplyDelete