Menantimu Aisha (VBAC part 2)

Baby Aisha


Hai haaaiiii....

Akhirnya kembali lagi menulis, setelah blog ini cukup berlumut.
Setelah bercerita tentang Yusuf, Shoji, Rey, kali ini jatahnya saya cerita tentang Aisha...

Alhamdulillah, 20 September 2015 kemarin telah lahir putri cantik adik Shoji Rey. HPL Aisha sebenernya 27 September 2015, sama seperti tanggal lahir saya (ngarep ultahnya barengan, jadi bermuhasabah barengan heheheh). Ternyata seminggu sebelum HPL Aisha sudah ingin nongol, jadilah tanggal 20 September itu sebagai hari lahirnya.

Cerita tentang Aisha bisa panjang sekali dan harus ditulis 2 postingan sepertinya. Postingan ini saya ingin cerita tentang menyambut kelahiran Aisha hingga kelahirannya.

Seperti juga kakak kakak yang lain yang mau punya adik, Rey dan Shoji excited sekali dengan perut saya yang kian membesar. Rey terutama, tak henti henti mencium dan mengelus perut saya. Tapi memang saya rasakan perut saya tidak sebesar kehamilan kehamilan sebelumnya, well tapi karena tidak ada masalah, saya pikir baik baik saja.

Minggu ke 35 saya cek USG, berat janin 2200 gr, maaih kurang sekali dan saya diminta konsumsi lebih banyak protein dan lemak untuk menambah berat janin. Di saat yang sama, Rey sedang sakit flu berat. Batuk, pilek dan pakai panas hingga 39 derajat pula.  Setelah diperiksakan ke dokter, ternyata Rey kena infeksi bakteri jadi harus minum antibiotik.

Selama sakit, Rey selalu nempel sama saya. Tidur bareng saya, mintanya digendong dan dipangku terus. Kadang sampai perut saya kerasa amat panas kena transfer dari badan Rey. Alhamdulillahnya, saya nggak ketularan (ini ternyata efeknya lebih berbahaya, saya ceritakan di postingan berikutnya)

Sabtu, 19 September 2015 saya datang kondangan, ternyata sudah mulai terasa gelombang cinta dari baby Aisha kala itu, tapi memang masih belum teratur. Baru malamnya, kontraksi makin teratur dan makin kuat.

Pagi jam 08.00 saya berangkat ke rumahsakit dan ternyata baru bukaan 3, diminta menunggu di kamar hingga cukup bukaan untuk dibawa ke ruang VK. Jam 12 siang sudah bukaan 7, tapi belum ada tanda tanda bloody show, jadi saya diminta menunggu hingga jam 2.

Pukul 2 siang saya dibawa ke ruang bersalin, kontraksi kian kuat dan intens, tapi pembukaan tidak bertambah. Jam 19.00 saya mulai panik, tapi ayah Shoji dan dokter Farah (dokter yang membantu persalinan selalu menenangkan dan menyemangati saya)

Shoji mendoakan bunda di dalam ruang bersalin


Pukul 19.55, Aisha akhirnya lahir. Saya sudah merasa lega, tapi ternyata belum selesai sampai disitu. Aisha lahir tidak menangis, ketubannya keruh dan hijau. Perawat segera melakukan tindakan. Sementara saya dijahit, saya tidak merasakan kepanikan itu, tapi ayah Shoji melihat semuanya. Saya diberitahu kalau anak saya perempuan, tapi lahir Kecil, 1910 gram.

Akhirnya Aisha bisa menangis, segera ia diberi oksigen dan diobservasi. Saya yang tidak paham, ingin Aisha dirawat gabung saja. Perawat membolehkan dan tetap dengan membawa tabung oksigen.

Lahir jam 19.55, aisha jam 22.00 sudah bisa menyusu dan kuat. Berikutnya ia juga menyusu per 2 jam. Hingga pagi hari, 21 September 2015 Aisha masih terlihat sehat.

Jam 15.00 Aisha terakhir minum ASI, menjelang maghrib dia tampak pucat, menangis keras dan tidak mau menyusu. Akhirnya ayah Shoji membawa dia ke perawat. Pukul 8 malam saya diminta memerah susu saya untuk coba diminumkan ke Aisha, ternyata lewat sendok dan selang pun tidak bisa. Pukul 10 malam, dokter minta Aisha dirujuk ke RS yang punya PICU, karena harus masuk inkubator.

Jam 24.00 ambulance membelah Jogja menuju RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari RS Griya Mahardika. Saya dan shoji ikut ambulance dengan perasaan tidak menentu. Aisha masuk ke ruang UGD dan segera dicarikan tempat di kamar bayi beresiko.

Apa yang terjadi selanjutnya? Kita lanjut ke postingan berikutnya yaaa :)

Love
/Aya

3 comments

  1. Aku trauma sama Rs yang berbau muhammadiyah begitu.. Dokternya belagu dan sombong, suster nya juga tidak bertanggung jawab. Khususnya jakarta tuh.. Keponakan ku, umur 9 hari sampai meninggal ditelantarkan oleh suster dan sama sekali tidak diperiksa oleh dokter! Mau ku tuntut, tapi dilarang oleh ibu sang bayi, yaitu kakak kandung ku. Ya sudahlah, ikhlas dan tak akan rekomendasi rumah sakit apapun berbau muhammadiyah.. Hhuufftt jadi curhat. Btw aku follow GFC nya ya makk... #33 ditunggu follow back nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga adek bayinya mendapat tempat terbaik disisi Tuhan ya mba. Semoga juga semua rumah sakit bisa mengoptimalkan pelayanannya

      Delete
    2. Semoga adek bayinya mendapat tempat terbaik disisi Tuhan ya mba. Semoga juga semua rumah sakit bisa mengoptimalkan pelayanannya

      Delete