Anakku diduga tunarungu?



Kemarin saya sempat bebersih lemari dan menemukan buku lama. Buku ini pemberian seorang wali murid yang putrinya tuna rungu. Saya ingat, Ariel nama gadis mungil itu. Anaknya manis, cerdas dan sangat mandiri. Dia juga ceria dan penuh semangat.

Namun ada yang istimewa dari gadis kecil ini, dia jarang sekali menyahut jika kami (saat itu saya bekerja di salah satu daycare edukatif di Jogja) panggil. Ekspresi binarbinarnya selalu terlihat setiap kami bicara padanya, tapi memang,hingga usia 3 tahun ia tidak mengucap sepatah kata.

Belakangan baru kami tau bahwa Ariel memangmemiliki masalah pendengaran. Hal ini yang membuat progress belajar bicaranya terhambat.

Hmmm...angan saya jadi melayang juga pada sosok Lingga. Jagoan kecil ganteng berusia 2 tahun. Saat Lingga masuk sekolah, ia sudah menggunakan alat bantu dengar. Untuk mendengar, Lingga jauh lebih tanggap daripada Ariel yang memang tidak diberi alat bantu dengar oleh bundanya.

Satu hal yang saya ingat dari ucapan bunda Ariel saat saya mau resign waktu itu.
"Miss... jangan salah paham ya saya kasih CD ini. Saya muslim dan saya percaya Allah, percaya Tuhan. Implementasi dari "magnet semesta" ini adalah Allah. Tempat kita bisa meminta segalanya dan berprasangka baik kepadaNya."

Sewaktu akhirnya saya tonton video itu, saya belum sepenuhnya memahami apa maksud yang Bunda Ariel berisaha sampaikan saat itu. Tapi kini saya sepenuhnya mengerti...ya, saat saya dikaruniai seorang anak laki laki berusia 20 bulan yang belum juga bisa bicara.

Sebenarnya sejak 12 bulan Shoji kami sedikit curiga, mendapati ia tidak babling seperti kebanyakan anak seusianya. Shoji lebih banyak diam, meskipun untuk beberapa kata iacukup mampu menyebut dengan benar. "Ayah" adalah kata kata terjelas yang pernah diucapkan Shoji. Untuk menyebut cicak, tup tup, tak tak (buka), juga sudah bisa di usianya yang 18 bulan.

namun ketika menginjak 22 bulan, setelah kelahiran Rey, kata kata itu tak lagi terucap. Mengucap "Ayah" saja tidak lagi. Shoji diam seribu bahasa. Karena merasa khawatir, kami membawanya ke klinik tumbuh kembang. Berdasarkan skrining awal, ada beberapa hal yang memang membuat kami cukup shock. Shoji tidak merespon panggilan, bunyi musik yang diperdengarkan dibelakangnya, bahkan bunyi balon meletus.

observasi sementara merujuk pada adanya gangguan pendengaran pada shoji dan Shoji perlu periksa ke dokter THT. Rasa takut, cemas, khawatir selalu campur aduk setiap kaliada konsultasi dengan psikolog Shoji. Saat itulah saya mulai memahami perasaan Bunda Ariel maupun Bunda Lingga yang sangat lapang dada menerima keistimewaan putra putrinya, namun tetap punya keyakinan bahwa Allah memiliki skenario terindah. Selama kita percaya bahwa anak kita akan baik baik saja, tak ada yang tak mungkin bagi Nya

.... bersambung ke postingan berikutnya...

No comments