SD Pedagogia Labschool FIP UNY

Foto Kelas di SD Pedagogia Labschool

Hari ini hari pertamaku
Hari pertama ke sekolah
Senangnya hatiku diantar ayah ibu, pergi berangkat ke sekolah
Senangnya hatiku bertemu teman baru, guru baru tentulah ramah
Ayo ke sekolah....
Ayo ke sekolah...

Cuplikan lagu diatas pasti gak asing ya? Yup itu adalah lagu yang dinyanyikan Shoji dua tahun lalu ketika masuk ke TK A. Dan saat ini tidak terasa Shoji kecil sudah lebih dewasa (sedikit) dan sudah masuk SD.

Banyak yang bertanya dimana sekolah Shoji yang sekarang. Karena realitanya memang tidak banyak sekolah inklusi yang menerima ABK (anak berkebutuhan khusus), ramah ABK (dan ramah di kantong orangtuanya). 

Bukan tanpa survey kami akhirnya menjatuhkan pilihan pada sekolah Shoji saat ini. Awalnya berbekal rasa galau yang melanda hebat, seperti saat harus memilih cari calon suami baru atau balikan sama mantan #ehh



Kegiatan belajar kadang lesehan

Mengingat anak kami yang ABK tidak hanya Shoji tapi juga adiknya, maka seluruh biaya sekolah akan dikalikan menjadi dua. Kenapa? Ya karena selisih usia anak kami cuma satu tahun. Masak iya mau dibedakan sekolahnya. Ribet antar jemput, ngapalin seragam, bentrok kalau ada pertemuan wali dan acara perpisahan dong cyiiiin... (Unfaedah banget pertimbangannya yaa). Intinya budget kami harus dibagi dua kalau mau selamat menjalani hidup (dan masuk sekolah hingga lulus tentu saja).


video profile SCA

"Buat anak kok pelit?"
Bedakan antara pelit dengan realistis ya, Buibu. Saya tetap berprinsip bahwa kebutuhan tiap orang beda beda. "Dapur" rumahtangga pasti juga akan menentukan pilihan. Disesuaikan dengan kebutuhan dan urgensi saja. Sah-sah saja kok kalau mau masuk SD dengan uang masuk yang setara harga citycar, kalau punya uangnya kan ya?

Pertimbangan budget bukanlah yang utama (meski sebenernya itu prioritas, eh, gimana? #gigitinUjungBantal). Tapi saya yakin hampir semua emak yang mencarikan sekolah anaknya pasti juga menjadikan ini sebagai pertimbangan. Cuma mungkin bedanya saya dan kaum sosialita adalah jika saya bilang, "Aduh harga segini buat biaya sekolah kemahalan. Nanti biaya buat urusan dapur gimana." Kalau kaum sosialita "Haduh, sekolah harga segini kemurahan, gimana mau kasih fasilitas yang kece buat pembelajaran anakku nanti".

Belajar namun tetap berinteraksi dengan teman

Kami mencari yang murah tapi bagus
Mereka mencari yang bagus dan mahal.

Kalau ada yang gak setuju boleh nulis di komen kok hehehehe. Intinya survey kami menyaring budgeting di awal, harga harus cocok dulu lah, disesuaikan kemampuan. Gimana mau mencari info lebih lanjut kalau syarat utama aja gak terpenuhi. Ibarat perusahaaan bangunan cari pegawai untuk gambar bangun. Syarat utama lulusan pendidikan arsitektur atau SMK jurusan gambar bangunan, lha lulusan filsafat bakalan berkesempatan gak? Bisa sih kalau buat bantuin HRD kasih tausiyah soal kehidupan #Sekedarintermezo.

Untuk urusan menentukan budget ini kami bagi menjadi 3 grup:
A. Grup SD dengan uang masuk dibawah 10 juta
B. Grup SD dengan uang masuk 10-20 juta
C. Grup SD dengan uang masuk 20 juta

Grup A adalah sekolah yang "terjangkau", B statusnya " bisa dipertimbangkan" dan C statusnya "bhaaay". Karena untuk dua anak dengan uang masuk segitu saya perlu jual alun-alun dulu sepertinya. Skip, saya tau ini komentar emak julid yang emang gak punya duit. Saya terima....gapapa wong kenyataan memang begitu.


Kalau untuk keluarga sederhana seperti kami dengan satu anak, mungkin sekolah grup C bisa masuk status "bisa dipertimbangkan". Tapi, dengan adanya dua anak ABK yang akan sekolah, plus masih ditambah lagi satu anak ABK yang pengeluarannya per semester udah setara mahasiswa kuliah S2, maka dengan berat hati kami coret sekolah kategori C tersebut.

Sekedar berbagi aja pengalaman kami survey sekolah untuk Shoji yaaa. Kenapa nggak masuk ke SD Negri aja?

Jika Shoji tidak memiliki gangguan belajar, pasti senang sekali bisa masuk SD negeri. SD Negeri idaman tinggal lompat dari rumah Uti. Sd itu juga yang meluluskan kakung dan emaknya Shoji. Ternyata nggak semudah itu menentukan tempat sekolah bagi specialneeds seperti Shoji.

Di SD Negeri satu kelas isinya sekitar 30 hingga 40 anak dengan 1 guru. Kalau testimoni ibu-ibu yang anaknya sekolah di SD negeri, rata-rata anaknya udah bisa baca tulis. Jadi ketika guru menerangkan di depan anak-anak menyimak dan mengerjakan tugas dengan mandiri. Shoji sendiri karena dyspraxia dan short memory bikin saya nggak pede. Lha wong ketika ditanya ayahnya "Shoji, teman cewek Shoji ada berapa? Namanya siapa aja?" Dia jawab, "Lupa, sebentar aku tanya bunda". Padahal itu udah 3 Minggu lho main tiap hari dengan teman di sekolah. Gak usah dibayangkan, berat. Biar aku saja yang menjalaninya...

Lalu muncul pertanyaan, sekarang di sekolah berapa muridnya? Ada 9 dan ada pindahan 1 orang anak. Jadi total 10 anak dengan 2 guru (1 guru kelas dan 1 guru inklusi). Shoji punya kesempatan bertanya lebih banyak, dibanding saat dia harus berbagi dengan teman yang lebih banyak. Namanya juga baru awal dibuka ya, belum banyak yang tau tapi juga sekaligus jadi keberuntungan bagi Shoji karena akhirnya Shoji jadi punya kelas kecil hihihi.

Foto SD Pedagogia Labschool

SD Pedagogia Labschool

Jadi sudah bisa ditebak ya, SD Pedagogia Labschool tempat sekolah Shoji sekarang secara budget masuk ke group A. Dan wajib digarisbawahi, gak semua sekolah murah itu murahan! Penting yaaaa... Jelas penting dong. Kualitas tidak hanya dilihat dari harga dan fasilitas berbentuk fisik saja, tapi juga dari infrastruktur, sistem manajemen sekolah dan penghargaan terhadap calon siswa adalah bahan pertimbangan yang juga sama pentingnya.

Yang pengen tau detilnya bisa bisik bisik ke saya nanti di belakang . Sekolah ini memberi kelegaan bagi saya, bak melihat nasi Padang disiram kuah rendang. Hangat dan menggugah selera #apasih. Kami juga nggak asal terjangkau kok, kurikulum, jam belajar dan semangat Shoji saat datang ke sekolah juga menjadi tolok ukur pemilihan sekolah untuk kami. Kami sengaja cari yang basisnya inklusi dan ketika diajak mengunjungi calon sekolah, Shoji bisa happy dan merasa homey.

Tak banyak sekolah inklusi untuk anak ABK dengan fasilitas oke tapi harganya tidak setinggi langit biru dengan awan putih. Rata rata sekolah inklusi tidak inklusif secara biaya. Jadi memang strata sosial tinggi saja yang bisa mengakses sekolah (yang katanya) inklusif ini. Saya pernah survei sebuah sekolah inklusi. Cocok banget sih sama visi misi sekolah dan lingkungannya. Tapi nggak cocok sama kantong ortunya, gimana doong (derita gue ini maaah). Tapi bukankah inklusif sendiri artinya dari KBBI adalah

in·klu·sif a termasuk; terhitung

Sementara

eks·klu·sif /éksklusif/ a 1 terpisah dari yang lain; khusus  2tidak termasuk

Pemanasan sebelum berenang

Lalu apa yang disebut sekolah inklusi? 

Sekolah inklusi adalah sekolah biasa yang menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya.

Mengapa harus ada sekolah inklusi? Setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat maksimal dari pendidikan. UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) mengamanatkan bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Selain itu, UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, 5, 32 dan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 48 dan 49, yang pada intinya Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Jadi semua orang berhak sekolah.

Inklusi memberikan gambaran bahwa perbedaan tiap orang itu ada dan selayaknya bukan menjadi penghalang untuk saling berinteraksi. Kami sendiri sebagai orangtua Shoji, ingin Shoji bergaul seluas mungkin. Baik dari strata sosial, agama, kemampuan, suku dan lain sebagainya. Kami harapkan dengan mengenal perbedaan, ia menyadari bahwa setiap orang itu unik dan istimewa dengan atributnya masing masing. Kelak kedepannya gak jadi orang yang judgemental. Pun di sekolah Shoji belajar tentang perbedaan tapi juga belajar bahwa semua diikat jadi satu dengan rasa kasih sayang.

Jalan jalan ke luar siap olahraga

Awalnya kami hampir putus asa mencari sekolah dengan kriteria ideal a la kami. Sekolah yang belajarnya fun; komunikasi antara guru, walimurid dan manajemen sekolah harus lancar; berfokus tidak hanya pada akademik semata, namun juga karakter dan nilai nilai positif yang menjadi fitrah anak.  Tapi pada tanggal 2 Mei 2018, SD Pedagogia resmi dibuka dan menerima siswa baru. Melihat visi dan misi yang ditawarkan, jujur kami tertarik. Dengan jargon "Takwa, Mandiri dan Inovatif", SD Pedagogia diharapkan menjadi sekolah yang ramah anak, menghargai masing masing anak dengan keistimewaannya.


Kurikulum SD Pedagogia Labschool UNY

Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Nasional yang menggunakan pendekatan tematik integratif serta dipadukan dengan kurikulum inklusi dan berbasis budaya. Biar Shoji yang punya darah Jawa-Minang tidak kehilangan Jawa-nya 😊

Jam Belajar

Jam belajar mulai pukul 07.30 WIB. Bersaan dengan jam masuk adiknya di TK Pedagogia, jadi sekali antar dua anak terlampaui #apasih. Masuknya 5 hari dalam seminggu. Sabtu bisa dipakai piknik atau mudik tipis tipis bersama keluarga. Asiikkk

Visi dan Misi

Dengan Misi mengembangkan perilaku relijius dan takwa dalam pembelajaran; menciptakan pembelajaran yang kritis, inovatif, mandiri dan cerdas; mengembangkan nilai-nilai karakter nasional dan nilai budaya serta melakukan pengajaran sesuai dengan karakteristik siswa dilandasi keilmuan pendidikan,  diharapkan pada tahun 2025 SD Pedagogia menjadi SD laboratorium yang membentuk peserta didik dan pendidik profesional yang bertakwa, mandiri dan Inovatif. Aamiin

SD Pedagogia Labschool inklusi FIP UNY sendiri adalah SD Inklusi berbasis budaya yang merupakan salah satu bagian dari sekolah laboratorium di bawah naungan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNY.

Program unggulan dari Pedagogia Labschool
💚 Program Inklusi
💚 Program Pengembangan Karakter
💚 Program Literasi
💚 Program Cinta Budaya
💚 Program Global Citizen
💚 Program Entrepreunership

Presentasi project grup

Dengan kegiatan ekstrakurikuler antara lain:
  • Gamelan
  • Tari daerah
  • Melukis
  • Teater
  • Pencak Silat
  • Anggar
  • Klub Sastra
  • Sains Club
  • English Club
  • ICT Club
Kegiatan di Kelas dan Pekerjaan Rumah

Selama tiga Minggu Shoji belajar di sekolah, tiap kali pulang selalu membawa cerita baru yang disampaikan dengan antusias. Kami orang tua murid juga diberikan report harian dari Bu guru untuk kroscek sekaligus recall memory anak dengan aktivitasnya di sekolah. Kalau untuk PR yang diberikan, adalah checklist perawatan tubuh (Minggu 1) dan kerjasama anggota keluarga (Minggu 2). Anak diminta mencentang to do list berupa aktivitas harian maupun mingguan yang dilakukan, serta menulis apa saja pekerjaan rumah yang dilakukan oleh anak untuk membantu orangtua. Semua aktivitas PR melibatkan peran orang tua sebagai motivator dan fasilitator. 

Syarat pendaftaran apa saja?

Kalau saat pendaftaran Shoji kemarin syarat syaratnya antara lain: usia minimal 6,5, membayar uang pendaftaran 100.000, mengisi dan menyerahkan formulir pendaftaran, calon siswa mengikuti asesmen, orang tua bersedia mengikuti wawancara/observasi.

Semangat terus Bu Guru, kepala sekolah dan admin SD Pedagogia. Semoga banyak sekolah terinspirasi dengan metode pembelajaran fun learning yang bikin anak-anak, terkhusus Shoji, jadi semangat bangun pagi untuk sekolah. Terus bagi semangat dan pola pikir positif untuk calon juara masa depan 💜💜💜

Disclaimer: tulisan ini saya buat bulan Agustus 2018. Segala opini dan pendapat saya relevan pada saat itu. 

Namun, terhitung tanggal 20 Januari 2019, belum genap 1,5 tahun kami memutuskan mengundurkan diri dari SD Pedagogia karena perbedaan pemahaman konsep inklusi dari kami (yang saya highlight warna kuning di postingan ini) dengan konsep inklusi yang ditawarkan oleh sekolah. Semoga dapat dipahami.


Salam,

Bunsho (bundanya Shoji)



26 comments

  1. Sekolahnya cantik ya, bisa nambah semangat untuk anak yang berkebutuhan agar sekolah :) Semangat terus belajarnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mak, yang non ABK juga pasti happy kan punya sekolah cantik :)

      Delete
  2. Setiap anak punya kekurangan dan kelebihan, Shoji pasti punya kelebihan juga :)

    ReplyDelete
  3. Biaya masuk sekolahnya mahal juga ya, hampir setara bayar kuliah:) Tapi yang penting anak mau untuk sekolah:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang mana yang mahal Mak? Ini di Jogja udah hitungan terjangkau loh

      Delete
  4. Sekolahnya bagus,cantik dan bersih juga. Pasti gurunya ramah-ramah ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah satu pertimbangan adalah guru yang ramah anak hehehe

      Delete
  5. waw,, sekolahnya masih baru, beruntung banget ya mbak, karena semua furniturenya masih anyar. Bisa -jadi rekomendasi bagi saya yang anaknya mau sekolah SD nih,,
    nice info y mbak ^_^

    ReplyDelete
  6. uang masuk, biaya2, dan spp per bulan berapa ya mak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terakhir sekitar 6 atau 7. Spp masih dibawah 500 ribu mak

      Delete
  7. Anak selalu semangat ketika bersekolah...
    Menandakan sekolah tsb nyaman dan menarik untuk belajar...
    Kita tidak salah pilih y mba aya..
    Doa dan support sll untuk anak2 kita dan sekolah..

    Shoji dan aldin serta tmn2 yg lain "seduluran saklawase" hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Angkatan pertama SD Pedagogia dengan anak anak dan orangtua yang sama kompaknya. Siap sedulur saklawase 😊

      Delete
  8. perbedaan hal yang indah.. anak anak juga semangat .. disini brp kak utk biaya nya sekolah? apalah terjangkau

    ReplyDelete
  9. Sama aja mak, budget pasti jadi bahan pertimbangan. Bagus kalau nggak tetjangkau ya buat aaya nggak akan maksain diri, lah.
    Semoga selalu dilancarkan rezekinya mak.

    ReplyDelete
  10. Semoga Shoji bisa enjoy menjalani proses belajar di sekolahnya. Suasana sekolahnya adem, nyaman, indah bnget, semoga mendukung tumbuh kembang shoji dan.semua teman-temannya.

    ReplyDelete
  11. Kebetulan saya pernah kerja di sekolah yang menyediakan program Inklusi juga. Alhamdulillah para siswanya ada perkembangan ke arah yang lebih baik karena pembelajarannya disertai terapi juga :3

    ReplyDelete
  12. senang sekali dengar ada lagi sekolah inklusi yg mendukung penuh kegiatan ABK, sekolah inklusi spt ini pastinya juga bagus jg buat non-ABK

    ReplyDelete
  13. Wah, ada nama UNY di belakangnya. Sebagai salah satu alumni nya, aku ikutan bangga (padahal nggak ada hubungan, ehehe).

    Di sekolah tempat aku ngajar, ada juga beberapa anak yang termasuk kategori inklusi mb. Sebagai guru memang harus lebih telaten supaya murid bisa berkembang. Tapi kadang yang "rese" justru teman-temannya. Alhamdulillah kalau dek Shoji ketemu sekolah yang baik dengan guru dan teman-teman yang baik juga.

    Selamat belajar dek Shoji :)

    ReplyDelete
  14. Ya ampun sekolahnya nyaman sekali ya Aya. Semoga semakin banyak sekolah inklusi di Jogja. Selamat belajar ya nak.

    ReplyDelete
  15. Bagus yaa.. Andaikan deket, mau deh nyekolahin arka raya di sini :)

    ReplyDelete
  16. Cakep sekolahnya. Memenuhi standar kah? Nanti kapan kapan aku ingin berkunjung

    ReplyDelete
  17. Nice info mbk. Tapi aku salut mb , dirimu slalu mengusahakan pendidikan trbaik buat masa depan anak. Semoga sekolah inklusi di indonesia makin berkembang ya .

    ReplyDelete
  18. Info yang sangat menarik mbak. Saya sedang mencari SD untuk anak saya rencana masuk 2020.

    ReplyDelete