Anakku Kok Nulisnya Dari Bawah? Perlu Dibenerin Gak?


Coba ya bunda-bunda, perhatikan gaya nulis anaknya, apa ada yang kaya Rey, nulisnya dari bawah?

Kalau ada coba sini tunjuk tangan, berarti kita satu server. Hmm, jadi saya sebenernya udah mengamati sejak Rey TK. Cara menulis, membuat garis, baik lengkung maupun garis lurus pasti dari bawah. Jangan dikira saya nggak berusaha untuk benerin untuk menulis sesuai kaidah cara menulis yang baik lho. Udaaahhh… berkali-kali sampai saya bosen sendiri dan akhirnya pasrah.

Apa yang sudah saya coba lakukan? Memberi contoh sudah. Memberi garis garis dengan panah sudah, bikin tracing dan minta Rey menulis dari atas sambil memberikan contoh langkahnya juga sudah. Tapi ya balik lagi balik lagi. Daripada uring uringan, akhirnya saya biarkan dia menulis begitu.

Saya sebelumnya nggak pernah berpikir kalau hal ini sebuah masalah yang memang perlu diperbaiki. Saya mengira ini hanya habit menulis biasa yang gak akan berpengaruh kemana-mana. Ternyata saya salah bunda…

“Salahkah bila diriku…terlalu mencintaimu, jangan tanyakan mengapa, karena ku tak tahu.”

Bacanya jangan sambil nyanyi ya Bunda.

Tapi, makin sering saya lihat gaya menulis Rey, kok saya makin ragu dengan keputusan membiarkan dia nulis dengan cara begitu ya. Akhirnya saya dan ayahnya memutuskan untuk konsultasi dengan yang lebih ahli. Kami bersepakat untuk menemui psikolog.

“Ih, ngapain sih ketemu psikolog? Emang anakku bermasalah?”

Sering banget saya dengar kalimat-kalimat seperti itu. Intinya kalau sampai kita bawa anak kita ke psikolog itu berarti anak kita bermasalah. Tak banyak ibu-ibu yang merasa bahwa tanpa bermasalahpun, sah sah saja anak dibawa bertemu psikolog.


Play Corner OHC


Bertemu psikolog itu kalau saya umpamakan kaya ketemu dokter gigi. 6 bulan sekali, sebaiknya rutin. Jangan sampai pas sakit udah parah baru datang, udah terlambat kan? Coba kalau rutin, jadi ketahuan masalahnya dimana sejak awal. Bisa segera ditangani sebelum menyebar lebih jauh.

Beberapa orang tua juga merasa membaca informasi di mbah google atau nonton youtube sudah cukup ilmu untuk mengetahui kondisi psikologis anak. Padahal kalau menurut saya pribadi, Namanya memeriksa, mencari diagnosis, gak bisa sekedar melihat di google lalu cocoklogi. Karena eh karena, tiap anak itu sangat unik. Boleh-boleh saja mencari referensi. Jika memang informasi yang didapatkan bisa membantu kita dan memang memberikan solusi. Tapi alangkah lebih baiknya kita menemui ahli yang lebih paham dengan kompetensi tumbuh kembang anak.

“Enggak mau Bunsho, nanti ketahuan ada apa-apa, aku belum siap”

Nah lhoo… Padahal siap nggak siap kalau memang ada masalah tetap harus dihadapi kan? Memangnya kita bisa lari? Temen kita hitung 1 sampai 10 sambil tutup mata. Abis itu sembunyi. Itu kan petak umpet, Esmeralda. Dengan menunda-nunda ketemu psikolog jika kita merasa ada kesulitan dalam membersamai anak kita bisa jadi menyimpan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tapi, sekali lagi itu prinsip saya ya. Boleh sepakat boleh tidak.


7 Values of OHC

 
Ruang Terapi OHC

Sebenernya awal kami ingin melakukan assessment ulang untuk Rey, adalah kami ingin lihat sejauh mana perkembangan Rey dari assessment terakhir. Rey itu pernah kami ajak ke psikolog di Klinik Tumbuh Kembang RS pemerintah, pernah juga ke Klinik Tumbuh kembang swasta, dan kali ini kami juga ingin ketemu dengan psikolog dari Klinik Tumbuh Kembang yang cukup banyak direkomendasikan oleh teman teman saya.

Hari itu, Sabtu 19 September 2020 adalah jadwal Rey bertemu psikolog. Sekitar seminggu sebelumnya kami sudah membuat jadwal via japri. Kami dikirimi berkas yang harus diisi, terkait biodata anak, orang tua, perkembangan perilaku anak dan kelengkapan lain. Ini lebih memudahkan supaya saat nanti kami siap konsultasi gak perlu nunggu lama untuk waktu pengisian form pendaftaran. Jadi masuk tinggal konsultasi aja.

Sebelum berangkat, kami sudah buat kesepakatan sama Rey, bahwa nanti Rey akan bertemu dengan tante psikolog. Mungkin nanti tante akan bertanya sama Rey atau mengajak Rey bermain. Kalau sudah selesai, nanti Rey akan mendapat kejutan (saya sudah siapkan buku untuk dia). Memang kalau Rey ini kompensasi harus berupa hal yang kongkrit. Beda dengan Shoji yang cukup puas dengan approval atau peluk dan cium dari bunda. Reward pelukan dan ciuman masih laku untuk Shoji. Tapi tidak untuk Rey. Karena itulah saya harus menjelaskan aturan main serta menyiapkan iming-iming.


Ruang Terapi Wicara


One Health Center

Akhirnya setelah perjalanan cukup Panjang, sampailah kami di One Health Center. Lokasinya di Jogja Utara. Deket sama ADI TV ke utara sedikit. Alamat lengkapnya di Babadan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman. Kalau mau cari di google map ada kok One Health Center. Awalnya juga deg-degan mengajak Rey ke tempat umum. Karena memang selama pandemi kami sama sekali nggak pernah keluar ke tempat umum. Alhamdullillah di pintu masuk klinik langsung cek suhu badan dan disediakan hand sanitizer.

Sambil menunggu sesi konsultasi dimulai, kami diperbolehkan masuk ke ruang terapi untuk Sensori Integrasi. Rey yang memang sangat eksploratif maunya kesana kesini, semua ruang dibuka, mainan pengennya disentuh dan dicoba. Untungnya waktu kami kesana ruang-ruang terapi sedang tidak digunakan. Jadi Rey bisa membuka semua ruangan dan nyobain mainan. Saking eksploratifnya, sampai sampai dia mau buka pintu ke kamar mandi dan dapur juga. Duh Rey…

Tanpa saya sadari, Miss Neivy ikut memperhatikan dan berinteraksi dengan Rey selama proses Rey bereksplorasi. Saya nggak tau kalau ternyata proses observasi dan assessment sudah dimulai hihihi. Mulai dari Rey memainkan mainan di ruang terapi wicara, di ruang Behaviour Therapy serta di Play Corner. Saya juga sempat ngintip ruang konsultasinya. Aiih… nyaman dan cantik banget euy. Saya jepret buat referensi interior di rumah hehehe.


Ruang Konsultasi

Mulai Assessment

Akhirnya sesi dimulai juga. Miss Neivy menjelaskan tentang apa saja yang nanti akan beliau lakukan selama sesi. Tidak ada pembagian untuk sesi orang tua ataupun anak, semua dibuat sesantai dan senyaman mungkin. Pada sat memberikan penjelasan kepada kami, sesekali Miss Neivy diam sejenak, memasang timer di HP-nya. Ternyata beliau juga sekaligus mengobservasi kegiatan yang dilakukan Rey.

Alat di ruangan sensori integrasi One Health Center lengkap banget. Mulai dari kolam bola, beanbag, rumput artificial, trampolin, luncuran, tangga, ayunan, hingga berbagai alat untuk bermain peran bisa dieksplor Rey selama proses assessment.

Miss Neivy menjelaskan, bahwa semua hasil mulai dari assessment hingga progress terapi dalam bentuk tertulis, sehingga Ketika terapis menyatakan anak lulus terapi itu ada dasarnya. Apakah anak sudah memenuhi target milestones yang sesuai, ataukan memang perlu perpanjangan terapi supaya target bisa dicapai. Hal ini juga dilakukan berkala dengan sesekali evaluasi bersama untuk memastikan apa yang diajarkan selama terapi juga menjadi PR ayah dan bunda di rumah. Jadi memang harus sinkron antara yang diberikan oleh terapis dengan yang kita ajarkan di rumah. 


Pyramid of Learning

Pyramid Of Learning

Bersama Ms Neivy kami diajak bersama mengkaji 4 level sensori integrasi yang dengan parameter usia anak. Permasalahan anak di usia tertentu, biasanya dikarenakan belum lengkapnya stimulasi yang diterima anak di usia sebelumnya. Piramida ini menjadi penting saat goal akhir kita adalah kriteria seorang anak siap mengikuti kegiatan belajar (academic learning).

Curhat demi curhat tentang kondisi Rey membawa kami untuk kembali menggali kemampuan-kemampuan Rey yang hingga kini belum optimal. Dengan menjalani terapi sensori integrasi ini, diharapkan Rey mampu untuk melengkapi bagian bagian sensori yang masih bolong-bolong di usia sebelumnya.

Saya sendiri mengakui, dibandingkan ketika Rey dulu belum menerima terapi Sensori Integrasi, Okupasi Terapi maupun ABA, saat ini Rey jauh lebih baik untuk urusan ketertiban, kepatuhan, maupun kontak mata. Walau memang untuk atensi yang diberikan Rey masih sekitar 3 detik. Termasuk kurang dari yang seharusnya sekitar 6-7 detik. Kok bisa tau? Iya dong, dapat bocoran dari Miss Neivy cara hitungnya hehehe.


Assessment

Vestibular Rey juga belum sempurna. Memperkirakan jarak buat dia masih menjadi tantangan. Mengsahakan tubuhnya mencapai keseimbangan juga masih butuh usaha besar. Selain adaptasi postur dan motor planning, bahasa ekspresif dan artikulasi juga mendapat sorotan dari Miss Neivy untuk bisa lebih dioptimalkan. Meski begitu, Rey sudah memiliki banyak aspek kekuatan, diantaranya: pemahaman umum, basic ADL, komunikasi dua arah dan kepatuhan serta beberapa kekuatan lain.

Menulis Dari Bawah

Hal yang saya rasa tidak jadi masalah besar ini juga akhirnya tersentuh oleh Miss Neivy. Muncul ketika kami membahas mengenai perencanaan gerak. Saya contohkan Ketika Rey menuliskan huruf R pada nama depannya. Dia bisa menuliskan dengan satu langkah, dari bawah ke kiri atas, lalu berputar ke atas membentuk setengah lingkaran dari bawah, baru kemudian membuat garis dari atas turun ke bawah.

Hal ini perlu mendapat perhatian jika kita sudah menyampaikan kata “atas” namun tetap saja anak menuliskan dari “bawah”. Berarti stimulasi yang diterima tidak sesuai dengan respon yang diberikan. Selanjutnya perlu digali lagi apakah anak sudah paham maksud nama “arah”, seperti kanan-kiri maupun atas-bawah. Kemampuan mengenal arah ini akan menjadi dasar bagi anak dalam motor planning. Step-step perencanaan kegiatan akan menjadi kacau jika tidak segera diintervensi.


Ajarkan menulis dengan tepat

Menulis secara tepat

Jadi bagaimana cara mengajarkan anak menulis dengan tepat? Ada beberapa tips yang saya ingat baik-baik

1.   Gunakan media yang tepat . Maksudnya, memberikan stimulasi anak tidak hanya secara visual, namun juga taktil dan suara. Akhirnya kami mencoba menggunakan papan tulis. Papan tulis ini berbeda dengan spidol yang dipegang Rey. Menulis di papan tulis butuh energi dan penekanan lebih kuat supaya goresan kapur di papan bisa terlihat. Rey yang memegang spidol biasanya tanpa kekuatan, dia belajar mengontrol kekuatan tangan saat menggores di papan.Suara dari kapur memberikan sensasi tersendiri untuk pendengaran Rey, sehingga konsentrasinya tetap bisa fokus.

2. Berikan instruksi sederhana. Saya kalau ngajarin Rey mungkin terlalu “cerewet”. Banyak kata yang diucapkan dalam satu waktu, padahal Rey belum mampu menangkap hal tersebut. Yang dikerjakan Miss Neivy kemarin adalah dengan satu instruksi demi satu instruksi, maksimal 2 kata. “Buat tiang”, “Tiang lagi’, “buat lagi”. “Buat perut”, “perut lagi”, “Buat lagi”. Bahasa sederhana, mudah ditangkap dan langsung eksekusi.

3. Berikan contoh. Ketika mengajarkan anak menulis huruf setiap Langkah dikerjakan dengan repetisi beberapa kali. Buat tiang (hanya tiang saja) buat tiga kali. Buat perut (hanya perut saja) 3 kali, buat garis miring (garis miring saja) 3 kali.

4.  Mulai buat satu huruf penuh. Kita lakukan, anak menirukan. Tetap dengan Bahasa singkat “buat tiang” (membuat garis dari atas ke bawah), “buat perut” (buat lengkungan di atas dari atas), buat seluncuran (buat garis miring dari kiri atas ke kanan bawah). Lakukan 3 kali. Setelah itu kalimat perintahnya berubah “Buat R” eh ternyata Rey bisa membuat huruf R dengan cara yang tepat.

 

Ruang Terapi Sensori Integrasi


Terapi Sensori Integrasi

 Price List One Health Center

Nah kayanya ini pembahasan yang ditunggu tunggu ya. Untuk satu sesi assessment Rey kemarin biayanya 350K untuk 90 menit. Menurut saya standar sih rata rata segitu biaya assessment anak di Jogja ya. Tapi kalau dari hasil yang saya dapatkan, harus jujur saya puas banget. Beberapa ganjalan yang bikin saya kepikiran mengenai sikap dan perilaku Rey, ternyata memang ada penyebabnya dan sebenarnya bisa sekali diperbaiki. PR yang diberikan Miss Neivy selama assessment kemarin sudah kami kerjakan juga di rumah dan hasilnya memang kelihatan banget. Postur Rey jadi lebih baik, kepatuhannya juga kelihatan mulai ada perkembangan lebih baik lagi.

Misal setelah assessment dibutuhkan terapi lanjutan, One Health Center juga memiliki layanan terapi, diantaranya: Asesmen, evaluasi terapi, Terapi Sensori Integrasi, Terapi Okupasi, Terapi Wicara, Terapi Perilaku, serta persiapan pra sekolah. Paket terapi 10 sesi mulai 1.000K (harga promo) juga ada. Lumayan banget lho 100K aja sekali terapi selama 60 menit.

Sementara untuk layanan psikologi: Konsultasi tumbuh kembang anak, Children Potential Review, Student Potential Review, Student Interest Test, konseling remaja, dewasa, keluarga dan pengembangan diri dan karir juga ada.


Bersama Miss Neivy dan Pak Banu

Karena saya mendaftarkan asesmen untuk Shoji dan Rey, dapat juga free biaya administrasi. Bunda juga bisa dapat special discount dengan menyebut nama saya 3 kali saat daftar hehehe. Eh becanda deng, pakai aja kode voucher saya untuk dapat special discount harga promo nih OHKARTIKANUGMALIA08. Serius kalau ini mah, bukan becanda. Kalau gak percaya bisa lagsung dibuktikan saat daftar ke bagian front desk. Diskonnya mulai 50 ribu - 200 ribu loh sampai 31 Desember 2020 ini.

Jadi cus, langsung aja kontak pendaftaran dengan klik bio di IG One Health Center atau ke hotline 0811-2658-053. Sebut nama saya 3 kali jangan lupa hihihii. Kalau mau langsung datang ke kliniknya juga boleh. Alamatnya di Babadan, Wedomartani, Sleman, DIY.

Semoga anak-anak kita bisa tumbuh berkembang sesuai dengan milestone-nya ya. Nanti saya cerita lagi apa yang saya bisa gali dari asesmen Shoji minggu depan.


Salam Semangat

/Aya





26 comments

  1. Melihat tumbuh kembang anak-anak menjadi hal yang menyenangkan dan juga membuat kita jadi banyak belajar juga ya mbak. AKu tuh beneran selalu jadi suka cari tau tentang tumbuh kembang anak.

    ReplyDelete
  2. Ternyata banyak hal yang harus diperhatikan ya, nggak bisa sekedar "Ah masih kecil biarin aja"..huhuhu

    ReplyDelete
  3. Sampai anak-anak lepas masa balita belum keturutan juga konsul ke psikolog anak. Memang sih sejauh ini tumbuh kembangnya normal dan cenderung tidak ada yang perlu diberikan catatan khusus. Tapi kadang perlu juga mencari opini dari psikolog biar lebih tenang. Ini diskonnya lumayan juga ya. Tapi saya harus ke Jogja dulu.

    ReplyDelete
  4. Wah andai di jogja udah pakai kode vouchernya deh

    ReplyDelete
  5. Diskonnya One Health Center gede juga, Mbak. Sayangnya jauh dari kota saya. Suka sama jalannya assessment. Detail banget ya psikolognya.

    ReplyDelete
  6. Kerennn nih layanan psikolognyaaa
    Aku juga pengin ngajak anakku k psikolog, utk remaja
    tapi di Surabaya blum nemu psikolog yg cocok :(

    ReplyDelete
  7. Keponakanku juga sedang intensif konsultasi dengan psikolog. Usianya 6 tahun. Pas masih 1-2 tahun mammahku melihatnya seperti ada sesuatu yang berbeda, tapi adikku ga ngeh. Tapi sekarang keponakanku udah mulai membaik sih. One Health center ini di Sleman ya. terjangkau biaya konsulnya.

    ReplyDelete
  8. Seorang ibu dituntut peka ya, Mbak. Jangan menyepelekan tanda-tanda sekecil apapun. Jadi penasaran dengan kelanjutannya

    ReplyDelete
  9. Wah, tempatnya besar, bersih, dan sepertinya proses asesmennya lengkap sekali...seandainya di jogja aku mau juga deh....biar tau apa yang perlu lebih diperhatikan dan ditingkatkan...

    ReplyDelete
  10. Makasih mba atas informasinya, mengunjungi psikolog kan bukan berarti memiliki masalah serius. Anggap saja sebagai teman curhat hehehe. Terima kasih tips-tips nya ya Mba.

    ReplyDelete
  11. Lah, ini pas banget anakku yg lagi belajar calistung dan mengalami hal yang sama, dia selalu nulis dari bawah, dan kadang dari belakang ke depan. Intinya pokoknya dia nulisnya berlawanan dari anak biasanya, sdh coba aku rubah tapi belum sepenuhnya berhasil

    ReplyDelete
  12. Ternyata kalau anak nulis dari bawah harus diwaspadai juga ya. Anakku pernah trus ketauan diperbaiki tapi jadi gak mengulang kesalahanya.
    Untuk konsulytasi ke klinik tumbuh kembang anak gak perlu malu ya malah baik untuk anak itu sendiri juga nantinya. Alhamdulillah bundanya Rey top banget soal perhatian tumbuh kembang anak nih

    ReplyDelete
  13. Memang menjadi bunda harus perhatian banget untuk tumbuh kembang anak termasuk juga cara dia membaca, menulis, dan hal dasar menjelang sekolah. Dan tiap anak memiliki keunikan masing-masing ya

    ReplyDelete
  14. Nah ini daku setuju,
    memahami cara tumbuh kembang anak dengan memperhatikan dari segi pemahaman umum, basic ADL, komunikasi dua arah dan kepatuhan serta beberapa kekuatan lain.

    Baru baru ini soalnya dapat tawaran menelisik minat dan bakat anak dari Stifin dan sidik jari - which is ga logik buat aku karena “too good to be true”

    ReplyDelete
  15. Nulis kalau gak sesuai ternyata termasuk bermasalah ya. Kalau di Paud atau TK tuh biasanya ada angka atau huruf yang titik-titik terus anak diminta biru. Tapi ya ada anak yang model kaya Ray, kaya tetanggaku. Buat angka 8 sama 4 itu dari kanan dulu

    ReplyDelete
  16. Anak2ku juga gtu dan aku pikir oke2 aja, sampai suatu hari main ke klinik tumbang dan katanya perlu dikoreksi, abis itu aku koreksi terus huhu. Kdng udah ok kdng balik lg. Mungkin nanti perlu ke tumbang lg :(

    ReplyDelete
  17. Saya juga ada rencana ngajak anak ke klinik tumbuh kembang nih tapi keburu pandemi...

    ReplyDelete
  18. Saya punya seorang sahabat yang anaknya selalu menggambar dari arah bawah. Jadi kalau gambar orang, dia akan menggambar dari kakinya dulu baru kepala. Dan selalu terbalik menulis huruf b dan d.
    Anaknya juga diterapi di psikolog dan alhamdulillah sekarang jadi anak yang pintar

    ReplyDelete
  19. Ah benar ya mbak..
    Harus benar benar aware dgn tumbuh kembang anak ya...
    Biar bisa segera ditangani ya

    ReplyDelete
  20. Jadi tenang dan dapat solusi ya say kalau berkonsultasi pada ahlinya, daripada gelisah sendiri..Alhamdulillah, dapat solusi dari masalahnya..kliniknya keren...

    ReplyDelete
  21. Duh, aku jadi kepengen bawa anak ketiga ke klinik kayak gini juga deh. Hmmm, andai di sini ada yang begitu.

    ReplyDelete
  22. Ya Allah lumayan banget itu diskonnya, jadi lebih hemat. Seandainya dekat, pengen euy~ Anak saya nulisnya gak dari bawah sih, tapi dia sulit bikin huruf kecil yang ada bagian bawahnya gitu. Macam y, g, q, p... kakinya pasti gak lewat garis, meski sudah diajarkan dan diberi contoh. Kalau dilihat dari gerakan tangannya, kok sepertinya dia khawatir sekali kalau kakinya hurufhuruf kecil tersebut melewati garis. Hmm...

    ReplyDelete
  23. Wah bener nih mba. Akupun kalo mau ke psikolog pasti lingkungan pada nganu bilang. Ngapain? Bla bla. Padahal penting banget peka sm beginian.

    ReplyDelete
  24. Menjadi orangtua itu bener-bener proses tiada henti untuk terus belajar dan memahami anak-anak yaa, kak..Alhamdulillah, ada klinik yang bisa membantu mengarahkan orangtua bagaimana sebaiknya mengajarkan anak dengan cara yang sesuai.

    Yakin, proses ini gak mudah.
    Tapi in syaa Allah hasilnya yang terbaik untuk ananda.

    ReplyDelete
  25. Wah manfaat nih infonya. Nanti ta kabarin temenku yang butuh ya

    ReplyDelete
  26. Ternyata gaya menulis dari bawah juga ada masalah dengan pertumbuhan kognitif anak ya mbak. Harus diasdesment sejak awal Penemuan kasus. Semangat yaa Rey and dan shoji, juga bundanya

    ReplyDelete