Merdeka, Sebuah Cita Cita

Sumber
Hai Bundas,
Masih hangat ya aroma hari kemerdekaan yang kemarin sama sama kita nikmati bersama. Nggak terasa 72 tahun sudah Indonesia diakui kemerdekaannya sebagai negara berkembang tempat banyak insan menggantungkan cita.

Kemerdekaan buat seorang Aya di usia 10 tahun itu adalah ikut naik panggung di malam puncak perayaan kemerdekaan. Kadang nyanyi, kadang baca puisi, kadang nari gerak dan lagu. Btw saya pernah pake kostum dengan hiasan rambut Kassandra (yang tau telenovela ini berarti kita seumuran).




Bulan Agustus bagi Aya kecil juga berarti ada pasar malam, bazar, permainan lempar kaleng atau ketrampilan lempar gelang gelang, bisa juga kolam hadiah yang bisa diambil menggunakan pancing. Padahal yaa...lempar gelang biasanya cuma dapetin teh botol, trus kalau mancing di kolam, hadiahnya adalah snack macam krip-krip tapi udah hepi maksimal.

Jelang hari kemerdekaan akan ada lomba jalan sehat, atau lomba holahop, atau baca puisi perjuangan. Dan Aya kecil selalu mau tampil dan ikut berpartisipasi. Saya (jaman kecil) banci tampil memang. Rasanya berbunga bunga liat pasukan PASKIBRA dan mendadak punya cita cita jadi paskibraka yang harus segera pupus mengingat kriteria tinggi minimal saja udah bikin nelen es kelapa muda.

Tapi, setelah beranjak remaja dan dewasa, rangkaian perayaan itu hanya lewat sekejap, meskipun tetap berkesan dari tahun ke tahun. Memaknai kemerdekaan bagi saya saat ini adalah berbuncah harapan. Terisak Isak saat mendengar lagu Tanah Air yang dilantunkan Shoji dengan terbata bata. Betapa kami merasa bahagia dan bangga menghirup kemerdekaan di Indonesia. Well, setidaknya meski kemarin saya nggak ikut upacara, saya ikut merayakan 17 Agustus dengan merajut bersama Komunitas Emak Blogger.


Merdeka Bercita-cita
Kemerdekaan Indonesia ke 72 ini membuat saya sebagai seorang ibu dengan 3 anak, tentunya ikut menggantung harapan. Kelak, ketiga anak saya akan memiliki wadah untuk aneka prestasi dan keterampilan mereka. Kemerdekaan yang merangkul semua sisi kreativitas mereka dan didukung oleh negara untuk mewujudkan segala kemampuan dalam bentuk kerja nyata.

Merdeka Beribadah
Sering membaca aneka berita, betapa banyak saudara seiman yang tidak memiliki ruang maupun waktu lapang untuk berkomunikasi dengan Rabb-nya. Sungguh sebuah keistimewaan dan kesyukuran di bumi Indonesia ini beribadah kepada Allah tidak perlu sembunyi sembunyi. Harapan juga saya titipkan, semoga kelak tidak hanya kami di Indonesia yang merasakan nikmatnya beribadah kepada Tuhan. Bicara tentang Suriah, berbicara tentang Rohingya, semoga kesempatan yang sama bisa didapat oleh mereka.

Merdeka Menuntut Ilmu
Sebagai satu anak bangsa yang ikut mencicip nikmatnya kemerdekaan menuntut ilmu, tentu kesyukuran luar biasa bagi saya. Saya adalah bagian anak anak sederhana yang bisa mencecap pendidikan istimewa di Universitas Gadjah Mada jurusan Teknologi Pangan dan Pertanian. Salah satu jurusan idaman yang sekarang biaya per semesternya sudah bikin saya terbelalak. Saya berharap pendidikan tinggi di masa depan kelak tidak hanya bisa dirasakan oleh orang orang yang berpunya, tapi juga putra putri bangsa dari keluarga sederhana yang ingin mengangkat derajat orang tua dan urun andil dalam pembangunan bangsa.

Sebentar....
Tak perlu terlalu jauh bicara soal pendidikan di perguruan tinggi. Karena untuk pendidikan dasar anak kami (saya dan suami) saja kami masih harus berpikir keras. Harapan dan doa saya kalau boleh disampaikan, semoga kelak Indonesia benar benar memiliki pendidikan dasar yang LAYAK dan merata.

Layak dalam hal apa?
1. Layak dalam sarana dan prasarana.
Gedung yang layak, aneka perlengkapan pendukung sekolah yang layak, buku buku pelajaran yang layak.

2. Pendidik yang layak .
Guru guru yang layak dan kompeten di bidangnya. Mengajar tidak hanya sebatas "tuntutan pekerjaan" namun juga "panggilan hati". Karena ditangan guru-guru yang berdedikasi tinggi dan bahagia, akan lahir generasi penerus bangsa yang bisa diandalkan.

3. Layak dalam kurikulum pelajaran.
Tarik nafas dulu untuk yang satu ini. Saya akan bicara sedikit dari sudut pandang seorang ibu dengan anak berkebutuhan khusus. Bagi sebagian orang tua anak anak normal (yang mapan secara finansial) memilih sekolah dasar untuk anak akan lebih mudah, tinggal tunjuk sesuai kriteria, bayar, selesai. Untuk orang tua anak-anak normal (yang mungkin kurang mapan secara finansial), pemerintah sudah memberikan fasilitas sekolah gratis. Tapi buat anak anak berkebutuhan khusus, kami harus kemana?

Layak kurikulum bagi anak anak normal adalah pendidikan yang mampu meningkatkan kapasitasnya, sementara kurikulum anak berkebutuhan khusus adalah yang memaksimalkan potensinya. Jika kurikulum bagi anak normal dipaksakan dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus berarti itu nggak layak.

Jujur saja, mendengar pengalaman salah satu teman seperjuangan, orang tua dengan anak berkebutuhan khusus yang ditolak institusi sekolah dasar karena anaknya dinilai akan menurunkan nilai rata-rata dari sekolah tersebut. Meskipun secara finansial, mereka orang yang bisa dibilang sangat berada.

 Then, money can't buy basic education 

Se-mandiri finansial apapun orang tua, kami akan sering ditolak dengan alasan klise semacam "kuota sudah penuh" atau "umur psikologis anak tidak sesuai dengan usia pendidikan dasar sekolah kami". Mau kaya mau sederhana, pendidikan dasar untuk anak berkebutuhan adalah " barang mewah"

Hingga kini, masih terbesit tanda tanya besar, Kapan "Merdeka dalam pendidikan" bagi anak anak kami? Untuk cari SD bagi anak berkebutuhan khusus saja kami harus penuh perjuangan dan airmata. Kami juga anak Indonesia lho...

Buat orangtua anak berkebutuhan khusus seperti anak anak kami, semoga pendidikan LAYAK akan terwujud untuk masa depan kalian. Sekolah inklusi dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi akan semakin terdengar gaungnya. Merdeka menjadi anak anak Indonesia untuk kalian juga. The "different not less" children

Baca juga tulisan sahabat sahabat saya team Najwa Shihab di #KEBloggingCollab dengan tema "kemerdekaan"

Kita list aja ya tulisannya di sini, tulisan collabloging tema kemerdekaan:

Julia: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Idah: Mengenalkan Kemerdekaan Kepada Sikecil

Awie: Merdeka Berbahagia Menerima Hidup Apa Adanya

Alfu Laila: Merdeka Tanpa Anak

Anindita: Kemerdekaan dan Kebebasan Berpendapat

Sumayyah Tsabitah: Merdeka Itu Pilihan

Love
/Aya

12 comments

  1. Di Indonesia fasilitas sekolah untuk anak berkebutuhan khusus masih kurang di perhatikan. Bahkan ketersediaan sekolahnya masih sangat sedikit. Saya berharap Indonesia segera bisa mewujudkan sistem pendidikan yang ramah bagi anak keb.khusus. Semangad Mba Aya 💪🏽, kamu pasti bisa. *pelukjauh

    ReplyDelete
  2. Saudaraku yaang berkebutuhan khusus, akhirnya diterima di SD umum yang swasta. Dulu di negeri di DO, disuru ke SLB. Ternyata dia nggak betah di SLB. Minta sekolah biasa. Alhamdulillah, dia dapat SD meski di swasta, perkembangannya bisa sangat bagus. :D

    ReplyDelete
  3. Ahh menyentuh sekali tulisannya mbak Aya.. Semoga anak2 sekolah kita makin bisa merasakan kemerdekaan dari segala aspek yg mbak aya sebutkan di atas ya....

    ReplyDelete
  4. setuju sekali mbak.. Kalo di sini, aku bahkan belum menemukan lanjutan dari SDLB. Bahkan untuk sekolah biasa pun, masih ada sekolah yang kekurangan tenaga pendidik yang layak.

    ReplyDelete
  5. mbak aya, temenku ada yang sampai magang di sekolah kebutuhan khusus di australia untuk mendalami hal ini. dia juga pakar montessori dan punya daycare/taman bermain anak di depok. mungkin bisa berdiskusi atau tukar pikiran... nanti japri aja yaa kalau mau kontaknya

    semoga indonesia tambah layak yaaa... huhuhuhu... semangatt

    ReplyDelete
  6. Semoga pendidikan untuk ABK makin baik ya, Mbak Ayaaa.

    ReplyDelete
  7. Sepakat Mak, semoga kemerdekaan yg hakiki dan bertanggung jawab bisa dinikmati banyak org, semoga harapan Mak Aya terkabul yaa.

    ReplyDelete
  8. Seruuu banget. Sayang kemaren gak bisa ikutan

    ReplyDelete
  9. Sepakaat...pengin bisa merajut lagiii tapi blm ada waktu

    ReplyDelete
  10. Jadi emak itu sulit merdeka,,, hahahha *kalau buat aku sich

    soal merdeka pendidikan, iya Mak... untuk pendidikan abk memang masih jarang, di tempatkupun kadang mereka satu sekolah dengan anak-anak biasa...alhasil ya gitu dech

    ReplyDelete
  11. Hiks sedih, coba ke SD tumbuh mbak, disana kan ada inklusinya

    ReplyDelete