Makna Kemerdekaan untuk Aisha


Memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia, 17 Agustus 2018 kemarin, seolah menjadi refleksi bagi saya selaku orang tua dari tiga anak istimewa. Semua anak adalah istimewa, tentu saja. Masing masing juga memiliki kebutuhan khusus dalam porsinya. Sedikit cerita, Aisha terlahir dengan Cerebral Palsy, artinya ada cedera di bagian otak yang membuatnya memiliki keterbatasan dalam mengatur dan mengarahkan bagian syaraf motorik dan sensoriknya.

Terdengar seram ya? Padahal sih saya kalau lihat Aisha cuma kaya bayi dalam ukuran besar hehehe. Secara fisik dia seperti anak 3 tahun pada umummnya, namun untuk kemampuan, dia masih seperti bayi usia 3 bulan. Bedanya, bayi 3 bulan bisa menyusu dan akan bertumbuh serta bertambah kemampuannya sesuai usianya. Aisha minum dan makan lewat selang karena kemampuan menelan dan mengunyahbelum bagus. Sebagai anak dengan kebutuhan special, tentunya tidak lepas dari yang namanya perawatan dan satu paket juga dengan biaya perawatannya.

Silaturahmi Berbonus Wisata ke Bekasi

Source: freepik.com

“A happy family is but an earlier heaven.” —George Bernard Shaw

Berawal dari sebuah sapaan dari sepupu tercinta di DM Instagram, entah kenapa naluri mellow saya keluar. Terakhir kami bertemu ketika saya ada acara di Jakarta, tepatnya dua tahun lalu untuk jadi narasumber di acara Michael Tjandra Luar Biasa. Itu pun hanya sebentar, curi-curi waktu ketika dia liputan juga di daerah Tebet. Dia adalah salah satu wartawan ibukota yang sigap mengejar berita. Setelah itu kami belum pernah bertemu lagi.

Jakasampurna, Bekasi sempat menjadi tempat singgah saya selama liburan sekolah panjang. Bersama dua sepupu saya Ira dan Ayi, kami berbagi keceriaan masa kecil. Mulai dari memberi nama anak anak anjing dengan nama yang lucu lucu, sampai jalan jalan ke Mall berdua naik angkot sekedar beli majalah berisi poster idola idola remaja yang lagi hits pada jamannya.

Barista Inklusi, Kesetaraan dalam Secangkir Kopi


Jadilah seseorang seperti kopi
Yang akan menyebarkan harum dan menghitamkan air yang merebusnya.
-anonim-

Saya pernah dengar filosofi kopi seperti quote diatas. Cerita lengkapnya panjang, tapi singkatnya seperti ini. Wortel, telur dan kopi ketika diolah maka akan memberikan hasil yang berbeda. Wortel yang tadinya keras, jika direbus akan menjadi lunak dan lembek. Telur yang tadinya lembek jika direbus akan jadi keras. Jadi air panas itu jadi semacam penggambaran untuk tantangan, rintangan, segala bentuk kesulitan yang dihadapi dalam hidup.

Digibank, Aktivitas Perbankan dalam Genggaman Tangan


Bang bing bung yook...kita ke Bank
Bang bing bung yook...kita nabung
Tang ting tung hey, jangan dihitung
Tau tau kita nanti dapat untung.

(Mari menabung, )

Menabung sudah menjadi budaya bagi bangsa Indonesia. Mulai dari yang paling sederhana sesimpel menyimpan uang di bawah bantal atau laci lemari, hingga menggunakan fasilitas deposit bank untuk surat surat berharga. Menabung juga merupakan salah satu bentuk strategi menjaga cashflow alias aliran keuangan dalam rumah tangga.

Saya ingat sekali awal saya membuka tabungan di sebuah bank, yang awet dan suvive sampai saat ini, pada usia 8 tahun atau kelas dua SD. Saya jadi tertarik menabung karena saya membaca sebuah artikel di majalah Bobo (whuaaa...ketebak deh saya angkatan lama) yang mengisahkan seorang anak yang mendapatkan bunga setelah menabung di bank.

Keuntungan dan teknologi digibank by DBS

SD Pedagogia Labschool FIP UNY

Foto Kelas di SD Pedagogia Labschool

Hari ini hari pertamaku
Hari pertama ke sekolah
Senangnya hatiku diantar ayah ibu, pergi berangkat ke sekolah
Senangnya hatiku bertemu teman baru, guru baru tentulah ramah
Ayo ke sekolah....
Ayo ke sekolah...

Cuplikan lagu diatas pasti gak asing ya? Yup itu adalah lagu yang dinyanyikan Shoji dua tahun lalu ketika masuk ke TK A. Dan saat ini tidak terasa Shoji kecil sudah lebih dewasa (sedikit) dan sudah masuk SD.

Banyak yang bertanya dimana sekolah Shoji yang sekarang. Karena realitanya memang tidak banyak sekolah inklusi yang menerima ABK (anak berkebutuhan khusus), ramah ABK (dan ramah di kantong orangtuanya). 

Bukan tanpa survey kami akhirnya menjatuhkan pilihan pada sekolah Shoji saat ini. Awalnya berbekal rasa galau yang melanda hebat, seperti saat harus memilih cari calon suami baru atau balikan sama mantan #ehh