Kompetisi: Menggali Kompetensi, Adu Prestasi


Hai Bundas,
apa sih yang terbesit dalam benak kita saat ada kata "kompetisi".

Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.

Jadi aktivitas mencapai tujuan ini biasanya dibandingkan dengan aktivitas orang lain untuk mencapai tujuan yang sama. 

Sedikit berbelok ya Bundas, di laman Facebook saya kemarin membuat status, seperti ini kurang lebih: 

"MasyaAllah...MasyaAllah...
Belum genap sebulan Shoji sekolah, rasa rasanya hal hal ini dulu masih jauh di angan angan.

Percakapan yang buat saya sungguh luarbiasa
Shoji yang belum lama bisa mengucap 1 kata (di usianya yang 5 tahun) sudah mampu ajak komunikasi adik dan ayahnya. 

Selama 5 tahun kami tunggu, akhirnya Allah kasih kesempatan juga kami merasakan betapa luarbiasa bisa berkomunikasi dua arah sama anak. *terharu...

Shoji: ini Rey *bagi pisang
Rey: pisang agi (pisang lagi)
Shoji: sudah habis Rey, maaf yaa *sambil membawa kulit pisang ke dapur untuk dibuang* 

Lain waktu
Ayah: Shoji bagi wafer yaaa
Shoji: boleh...boleh...
          Tapi sampahnya buang yaa...
Ayah: iya, terimakasih Shoji
Shoji: sama sama Ayah...

Dan saat yang lain
Bunda: *menjatuhkan benda
Shoji: ssttt...Aisha bobok
Bunda: ah iya, maaf yaa Shoji
Shoji: tidak apa apa bunda...

Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? 

#bundabahagia
#AishaPunSudahGakDemam
#JumatBerkah"

Dan tiba tiba saya seolah tersadar, bahwa namanya kompetisi itu adalah "semacam persaingan" memperebutkan sesuatu. Tidak perlu kompetisi dalam ranah luas. Misal membayangkan kompetisi olahraga Olimpiade Rio atau kompetisi ajang adu bakat yang ditayangkan televisi nasional hingga internasional. Dalam keluarga pun namanya kompetisi sering tak terhindarkan, benar gak?

Saya pun merasa demikian. Shoji, anak pertama saya speech delay dan baru belajar bicara dengan intonasi yang tepat. Sementara adiknya, Rey di usia 3,5 tahun sudah hafal huruf Hijaiyah beserta pengucapannya dengan benar. 
Tampak, saat saya mengapresiasi Rey atas keberhasilannya, Shoji kemudian menarik diri. Lebih sering ngambek dan tidak mau terlibat aktivitas mengaji. Sementara jika Shoji kami apresiasi karena kemandiriannya, Rey serta merta merajuk mengalihkan perhatian kami dengan menjatuhkan semua benda yang ada di meja. 

Kompetisi kah ini? 
Ya! Mereka berkompetisi memperebutkan hati kami, orangtua mereka. 

Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.

Jadi, sebenarnya sebuah kompetisi sehat bisa menjadi hal yang positif yaa Bundas? Setujukah dengan hal ini?

Bagaimana menghadapi kompetisi kakak beradik secara positif? Kembali lagi pada kita orangtua, kita harus bisa memberikan apresiasi yang juga akan mampu memotivasi anak anak untuk juga menggali kompetensi terbaik mereka. Bukan berarti kita memberi goals yang sama untuk keduanya, tapi kita beri goals dan pijakan untuk anak sesuai dengan kemampuan mereka.

Mengajarkan anak untuk bisa menerima kompetisi adalah bagian dari kehidupan yang amat lumrah, itu yang tidak mudah. Membuat mereka menyadari bahwa, "gapapa kok untuk tidak selamanya mengungguli orang lain" itu yang kami orang tua dan anak sama sama belajar. Salah satunya dengan membuat banyak "kompetisi" di rumah yang fun dan semua bisa berpartisipasi. Misal lomba melipat selimut, lomba mengambilkan baju Aisha, lomba memakai kaus kaki, dibuat ceria dan menyenangkan. Sehingga saat mereka mengikuti kompetisi, yang tercipta adalah mindset untuk berpartisipasi, menggali kompetensi dan bukan semata mata kemenangan atau kekalahan saja.

Mengarahkan anak pada goalsnya juga menurut saya melatih anak lebih percaya diri karena mereka akan merasa "tertantang" dengan hal hal yang mereka kuasai atau mereka mampu raih, ntuk Shoji, goalsnya antara lain:
- Mengenal satu demi satu kawan di sekolah
- Mandiri memakai seragam / sepatu saat  mau berangkat sekolah
- Mandiri saat BAK maupun BAB
- Merapihkan mainan
- Membantu bunda mempersiapkan  keperluan keperluan Aisha
- menghafal warna dan bentuk (Shoji sudah  mulai menyebut benda dengan bentuk dan  warna, misal: "gasing jingga", " kotak biru",  "mobil merah" dst)

Sementara goals Rey:
- Mampu mengungkapkan saat ingin BAB di  kamar mandi
- Mau berusaha untuk menyelesaikan  masalah sendiri (tidak mudah menyerah  jika puzzle belum terpasang, atau ada  bagian mainan terlepas)
- Mulai mengulang hadis atau doa yang  diajarkan di sekolah
- Membilang 1 - 10 dan mengidentifikasi  bentuk angka
- Lebih konsentrasi dengan tugas yang  diberikan.

Terlihat berbeda? 
Ya, karena kompetensi mereka berdua berbeda, dan kita sebagai orangtuanya harus pandai pandai melihat potensi anak kita dan menggalinya. 

Bicara soal kompetisi, ada salah satu teman saya yang keahliannya menaklukkan kompetisi kompetisi blog. Berkunjunglah ke blog www.arifahwulansari.com, maka Bundas akan menemukan sosok seorang mamah muda dengan segudang prestasi.

Foto: Mak Ari, Tayo, Tifa diambil dari blog arifahwulansari.com

Perkenalkan sahabat saya, Arifah Wulansari. Seorang pegawai puskesmas dan juga ibu rumah tangga yang  momong anak, beres2 rumah, serta mengurus suami jadi peran utamanya selain blogger. Ia mulai ngeblog tahun 2012. Motivasinya dulu karena ikut oriflame dan memang salah satu yang diajarkan adalah bikin blog. Karena di Oriflame mak Ari merasa bukan passionnya disana, beliau mulai menulis untuk mengisi kekosongan blognya. Menggeluti dunia blog dan ikutan lomba lomba, membawa mak Ari menemukan passionnya. Sejak saat itulah, motivasi mak Ari menulis muncul lagi, untuk berkompetisi dalam lomba lomba penulisan blog. 

Seorang juwarak lomba blog, ternyata pernah juga kebingungan menulis loh, tapi seiring waktu katanya saat ini justru banyak ide yang sampai meluap luap untuk dituangkan ke tulisan. 

Sebagai seorang mamah muda yang punya bayi seperti saya, ngeblog itu hal istimewa, waktu yang amat sangat langka hahaha.... Itu juga yang saat ini sedang mak Ari perjuangkan untuk tetap menghidupkan blognya. Sampai saat ini, waktu tidur anak anak selalu digunakan mak Ari untuk update tulisan di blognya. 

Aktivitas padat mak Ari menyiapkan keperluan anak dan suami setelah subuh membuat mak Ari hanya bisa menulis di pagi hari kalau pas hari libur saja, apalagi beliau juga musti pergi kerja juga. Jaga stamina untuk kemaslahatan bersama hahaha... Apa kabar saya yaaa hahaha, lebih angot angotan daripada beliau euy...

Foto: tampilan blog arifahwulansari.com

Postingan mak Ari yang terakhir, "5 hal yang saya lakukan saat kalah lomba blog" menunjukkan bahwa sebenarnya kemenangan mak Ari dalam berpuluh lomba itu ya karena lomba yang beliau ikuti amat sangat banyak. Nah, justru dari kekalahan kekalahan itu membuat mak Ari malah mengasah kemampuan menulisnya dari pemenang pemenang lomba, hingga akhirnya tulisan tulisan mak Ari kian ciamik.

Sedikit tips dari mak Ari untuk kita yang mau ikutan lomba blog:

Yang harus kita siapkan:
1. Waktu
2. Gambar2 ilustrasi yg mendukung
3. Bahan referensi yg mendukung tema lomba blog yang sumbernya bisa dari riset sendiri atau bahan bacaan.

Selain itu, supaya tulisan kita dilirik oleh juri lomba, kita harus menulis dengan sepenuh hati, jujur, dan punya sisi unik atau menarik yg ditonjolkan sehingga bikin tulisan kita jadi beda dari tulisan peserta lain.

Nah, siap berkompetisi untuk menggali kompetensi dan adu prestasi? Sharing yuuuk kompetisi apa yang sudah pernah Bundas ikuti dan gimana kesannya mengikuti kompetisi.

Love
/Aya


4 comments

  1. Hihi, sama Mak. Ngeblog untuk emak dengan bayi mungil itu istimewa dengan waktu yang amat sangat langka. Kalo tantangan buat para emak itu ya...ngadepin kompetisi anak-anak mendapatkan perhatian dari bundanya. :)

    Sepakat banget sama kalimat ini,saat mereka mengikuti kompetisi, yang tercipta adalah mindset untuk berpartisipasi, menggali kompetensi dan bukan semata mata kemenangan atau kekalahan saja. :)

    ReplyDelete
  2. menulis dengan sepenuh hati, jujur, dan punya sisi unik atau menarik yg ditonjolkan sehingga bikin tulisan kita jadi beda dari tulisan peserta lain.. *noted* :)

    ReplyDelete
  3. Makasih mak aya..sun sayang buat shoji, rey dan aisha :*

    ReplyDelete
  4. aaahhh.. anak saya juga gitu nih.. adiknya malah sudah lancar bicara ini itu. tapi alhamdulillah.. tiap anak memang terlahir dengan keunikannya masing2.. tinggal orang tua mau mengelola kelebihan anak2 itu tidak, dan bersabar dengan kekurangannya..

    ReplyDelete